Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Content Creator Tafenpah

Kematian George Floyd dan Reputasi Hukum AS di Mata Global

Diperbarui: 1 April 2021   02:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aksi protes global atas kematian tragis George Floyd. Foto dari Pikiran-Rakyat.com.

Hukum di Amerika Serikat menjadi sorotan global. Kematian George Floyd memicu simpatisan global. Kini, semua mata tertuju pada keadilan yang berlaku di negara adikuasa AS.

Setiap warga negara, baik kulit Sao Matang, Gelap, Cokelat, Putih itu bukan pilihan. Karena saat kita dilahirkan, kita tak pernah memilih untuk dilahirkan dari mana dan latar belakang apapun.

Kematian George Floyd di salah satu toko bahan makanan menyimpan luka, amarah, dendam dan sangat menyayat hati. Bagaimana seorang petugas Polisi dengan ganas membunuh sesamanya!

Polisi selama ini dipandang sebagai sosok yang melindungi, mengayomi di dalam kehidupan bermasyarakat. Seketika berubah menjadi singa untuk sesamanya. Hanya karena George Floyd dianggap membayar dengan uang palsu seharga $20.

Lencana Kepolisian yang dikenakan oleh Derek Chauvin hanya terpaku memandangi George Floyd yang tidak bernyawa lagi di kakinya.

Berhenti untuk baca! Bayangkan bila kamu membunuh seseorang hanya karena masalah sepele, apa yang kamu rasakan setelah melihat sesamamu tergeletak di hadapan anda?

Sejenak merenung, Penulis melanjutkan kisah tragis kemanusiaan yang dialami oleh George Floyed. Pengadilan telah memeriksa rekaman CCTV George Floyd yang diambil tak lama sebelum kematiannya, saat persidangan mantan petugas Polisi Derek Chauvin memasuki hari ketiga.

Sebagai bukti simpati kepada George Floyd, karyawan toko Christopher Martin menjadi saksi terbaru. Ia mengatakan bahwa ia tidak bersalah. Karena ia juga merelakan gajinya dipotong daripada menghadapi Floyd. Tapi, akhirnya ia memberitahukan kepada pihak manajernya. Sementara karyawan yang lain memanggil Polisi.

Apa yang terjadi dengan kasus ini?

Senin waktu setempat, Jaksa Penuntut, Jerry Blackwell mengatakan bahwa Chauvin telah "menghianati lencananya"  dengan berlutut di leher Floyd, dan menggunakan " kekuasaan yang berlebihan dan tidak masuk akal" untuk menahannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline