Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Content Creator Tafenpah

Risma Menakhodai Mensos dari Sudut Pandang Paria

Diperbarui: 20 Januari 2021   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya pemimpin Paria; Nasional.Kompas.Com

Pemimpin visioner akan melihat segala sesuatu dari sudut pandang seorang Paria. Paria adalah kelompok yang paling terpinggirkan di dalam kehidupan masyarakat.

Filosofi kepemimpinan Ibu Risma serupa Filsuf perempuan berpengaruh abad 20 yakni Hannah Arendt. Di mana Hannah Arendt meletakkan dasar pemikirannya dari sudut pandang Paria.

"Posisinya sebagai Paria adalah perlawanan terhadap segala upaya pemaksaaan, bahwa seorang harus dipas-paskan dan diasimilasikan ke dalam sistem masyarakat atau pemikiran dominan. Tak heran, posisi Arendt ini mengundang banyak kontroversi."

Korelasi gaya kepemimpinan Hannah Arent dan Risma memiliki kesamaan, yakni melawan dominasi pemikiran politisi pria di dalam ruang publik. Tak dipungkiri bahwasannya, gaya kepemimpinan Risma banyak mengundang kontroversi seperti filsuf Hannah Arendt pada zamannya.

Kontroversi Blusukan

Pertama setiap pemimpin punya gaya kepemimpianannya. Gaya kepemimpianan Ibu Risma yang gemar blusukan bukan hanya diterapkan, saat ia menahkodai Mensos. Melainkan, gaya kepemimpianan blusukan Ibu Risma sudah dilakukan, sewaktu masih menjabat sebagai Wali Kota Surabaya.

Sebenarnya istilah "pencitraan publik" itu adalah bagi orang-orang yang yang sudah merasa tidak nyaman dengan status kepemimpianannya. Nah, untuk menutupi ketakuatan mereka, jalan satu-satunya adalah mencari sensasi di dalam ruang publik.

Salah satu sarana untuk mencari sensasi adalah meminjam suara rakyat kecil untuk berteriak di dalam ruang publik (Demamogi). Tujuannya adalah status kepemimpinan mereka tetap aman.

Contoh konkretnya adalah demo. Demo itu adalah bagian konspirasi dari para pemimpin yang takut kehilangan identitasnya di dalam ruang publik. Rakyat yang tak memahami seni berpolitik, hanya mengikuti arah pohon beringin. Ke mana angin bertiup, ke situ pun mereka mengikuti. Tentu, mereka lakukan itu karena ada embel-embel yang sudah didesain secara komprehensif. Yakni, jeritan suara mesin ATM saling berkejaran melintasi setiap rekening para pendemo.

Kawan, seni berpolitik itu adalah seni menutupi kebenaran. Di mana kesalahan dibenarkan. Sebaliknya, kebenaran diubah menjadi kesalahan. Itulah rencana terindah para pencinta Demamogi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline