Lihat ke Halaman Asli

FORMATETA UNRI

Wadah untuk mengasah Skill

Perkembangan Agroindustri Indonesia

Diperbarui: 17 Maret 2022   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: asiacomerce.id

Agroindustri, kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian baik itu dari nabati maupun hewani yang diolah menjadi sebuah produk yang memiliki nilai harga yang lebih tinggi. Agroindustri ini melibatkan sumber daya pertanian, manusia, ilmu, teknologi, uang, dan informasi untuk menghasilkan suatu produk industri nya.

Agroindustri bukanlah hal asing di Indonesia, hal ini dibuktikan saat Indonesia berada pada krisis moneter tahun 1998, Agroindustri mampu memberi aktifitas ekonomi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Kelompok Agroindustri yang membantu pertumbuhan nasional adalah industri kelapa sawit, pengolahan ubi kayu dan industri pengolahan ikan. Kelompok tersebut dapat membantu pertumbuhan ekonomi nasional karna tidak bergantung pada bahan baku impor dan juga merupakan peluang pasar ekspor yang besar pada saat itu.

Pada era modern sekarang perkembangan Agroindustri Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam. Menurut data dari Institute for Developement of Economic (INDEF) menilai sektor pertanian Indonesia sudah jauh tertinggal dari negara tetangga, yaitu Thailand. Padahal, luas lahan di Thailand jauh lebih sempit dibanding Indonesia.

Wakil Direktur INDEF, Eko Listiyanto mengatakan dengan lahan yang sedikit, Thailand mampu menjadi eksportir beras terbesar kedua di dunia. "Pasar beras Thailand 22 persen di dunia," kata Eko di kantornya,

Rabu (18/4/2018). Negara Gajah Putih tersebut berada satu peringkat di bawah Vietnam. Berdasarkan data World Stock Export, dari 15 negara eksportir pangan, Thailand berada di peringkat ke-2 di bawah Vietnam.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati mengatakan saat ini ketergantungan impor kian bergeser ke pemenuhan kebutuhan pangan pokok.Tidak hanya sekadar lonjakan impor gandum yang notabene memang tidak mampu diproduksi di iklim tropis.

Namun impor mulai dari gula, kedelai, bawang putih, daging, beras dan yang lain juga mengalami peningkatan."Bahkan, bahan baku industri makanan pun lebih dari 60 persen harus dipenuhi dari impor. Sekalipun sampai akhir 2017 neraca perdagangan sektor pertanian masih mencatat surplus, namun itu hanya karena berkah sektor perkebunan yang surplus mencapai USD 26,7 miliar," kata Enny di kantornya, Rabu 18 April 2018.

Sumber:  merdeka.com dan liputan6.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline