Lihat ke Halaman Asli

Firmansyah

#TeacherBlogger

Menilik Solusi Terbaik dari Peliknya Polemik Plastik

Diperbarui: 6 Maret 2020   18:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Tangkapan layar dari Akun Instagram @aqualestari


Maaf, Mas. Belanjaannya mau dibungkus kantong plastik? Jika ya, nanti dikenakan biaya tambahan. Tidak apa-apa?

Mohon maaf, Mas. Sebagai bentuk peduli lingkungan, restoran kami sudah tidak menggunakan sedotan plastik untuk setiap pembelian minuman. Sebagai gantinya, jika Mas tertarik kami juga menjual sedotan stainless.

Dua petikan percakapan di atas adalah salah dua dari segelintir fakta yang saya dan mungkin juga Anda temukan dan rasakan di sebagian tempat umum beberapa waktu belakangan ini, seperti minimarket, supermarket, restoran cepat saji, bioskop, dan lain sebagainya. Tak bisa dipungkiri, kondisi keberadaan sampah dan limbah plastik memang semakin memprihatinkan, sehingga tak pelak plastik sering dijadikan 'kambing hitam' dalam permasalahan ini. Bukan hanya di Indonesia, namun juga di seluruh penjuru dunia.

Dahsyatnya pemberitaan tentang polemik plastik di berbagai media informasi publik, mulai mencuri perhatian pelbagai kalangan dari seluruh lapisan dan golongan masyarakat. Pemerintah, pihak swasta, lembaga swadaya, komunitas peduli lingkungan, publik figur, tokoh masyarakat, akademisi, hingga masyarakat umum mulai riuh mengampanyekan berbagai gerakan bernada sama, seperti Kampanye Anti-Sampah Plastik, Gerakan Tanpa Plastik, Gerakan Diet Kantong Plastik, dan lain lain. 

Deretan gerakan kampanye tersebut tentu saja merupakan ajakan yang sangat positif kepada masyarakat untuk lebih bijak menggunakan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Ajakan tersebut pun mulai berdampak sedikit demi sedikit terhadap perubahan gaya hidup masyarakat, seperti mengganti peran kantong plastik dengan paper bag atau tote bag saat berbelanja, membawa tempat minum sendiri, memiliki sedotan stainless sebagai pengganti sedotan plastik, serta berbagai 'peran pengganti plastik' lainnya.

Pemandangan sampah plastik yang memprihatinkan. Sumber gambar: koranyogya.com

Namun, apakah itu cukup untuk dijadikan sebagai solusi? Jawabannya tentu saja belum cukup. 

Apalagi kalau masyarakat, khususnya netizen hanya ingin 'pamer' di media sosial mereka masing-masing. Alih-alih ingin terlihat peduli lingkungan dengan menggunakan sedotan stainless saat minum-minum di restoran lalu berswafoto, tetapi di lain kesempatan tetap jajan es cendol pinggir jalan dengan menggunakan sedotan plastik. Atau berbelanja kebutuhan untuk sebulan di supermarket dengan berbungkus-bungkus kantong plastik. Ya, sama saja bohong!

Padahal jika ditilik lebih dalam, kehidupan kita saat ini memang masih sangat membutuhkan plastik. Faktanya, plastik memang sangat bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita tidak bisa begitu saja dengan mudahnya mengganti fungsi segala sesuatu yang berbahan plastik dengan bahan-bahan alternatif lainnya, seperti kaca, timah, aluminium, atau bahan alternatif lainnya. 

Menurut riset dari Trucost, dari segi dampak terhadap lingkungan, kesehatan manusia, ekosistem, perubahan iklim dan kerusakan laut, kemasan plastik masih merupakan yang paling efisien jika dibandingkan dengan bahan alternatif lainnya. Tanpa plastik, berat kemasan dapat meningkat sebanyak 400% sehingga dapat menyebabkan biaya produksi dan energi menjadi berlipat ganda, serta pemborosan bahan juga meningkat sebesar 150%. 

Sumber Infografis: Akun Instagram @aqualestari

Sifat plastik yang tahan lama, ringan dan juga ekonomis membuatnya dimanfaatkan untuk banyak hal. Penemuan plastik memungkinkan kita sebagai manusia untuk memproduksi produk-produk yang menunjang kehidupan. Bahkan plastik juga dapat berkontribusi pada peningkatan tingkat produktivitas sumber daya alam. Kemasan plastik dapat mengurangi limbah makanan dengan memperpanjang jangka waktu penyimpanan makanan dan dapat mengurangi konsumsi bahan bakar untuk transportasi karena memiliki bobot yang ringan. 

Di balik semua manfaatnya, cara kita mengelola sampah plastik dan ketersediaan infrastruktur persampahan sangatlah krusial untuk menghindari sampah plastik berakhir di lingkungan. Menurut Jenna Jambeck setiap tahunnya 3,2 juta ton sampah plastik di Indonesia tidak terkelola. Sekitar 0,48-1,29 juta ton diantaranya mencemari laut. Sementara menurut Sustainable Waste Indonesia, di Indonesia hanya 9% sampah plastik yang didaur ulang. 

Lalu, dengan kebutuhan kita akan plastik saat ini, apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir dampak dari sampah plastik? 

Penerapan Sistem Circular Economy

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline