Lihat ke Halaman Asli

(Seri Pensiun Muda) Eksekusi

Diperbarui: 25 September 2017   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Wisdom-Trek.com

Tulisan ini adalah kelanjutan dua artikel sebelumnya, yaitu alasan dan persiapan untuk pensiun muda. Ketika keputusan pensiun sudah bulat, dan semua persiapan telah dilakukan, tibalah saat eksekusi dengan pengajuan pengunduran diri.

Secara informal, saya menceritakan rencana pensiun dini kepada atasan dan bawahan langsung saya jauh-jauh hari karena hubungan kami sebagai teman dekat. Sekitar 6 bulan sebelumnya. Dengan jauh-jauh hari menginformasikan, baik yang meninggalkan maupun ditinggalkan akan lebih siap. Transfer ilmu dan pekerjaan dapat lebih mulus. Atasan langsung meminta saya menyampaikan uneg-uneg dan apa yang bisa dia bantu agar saya tetap bertahan. Tak ada.

Selanjutnya adalah menyampaikan permohonan pengunduran diri le bagian Sumber Daya Manusia melalui Direktur Departemen saya. Apa yang terjadi? Bos menanyakan alasan saya, menyarankan saya untuk cuti beberapa waktu untuk memikirkan kembali rencana saya, mengingatkan saya tentang penghasilan besar yang bakal hilang, anak-anak yang akan mandir dari kita juga nantinya.  Saya diminta untuk mencoba berdiri dua kaki, menjalankan bisnis dengan tetap bekerja. Saya jelaskan semua pertimbangan dan persiapan telah saya lakukan sehingga keputusan saya sudah bulat. Marahlah si bos. Untuk anda yang berniat resign, ketika atasan memberikan nasihat, saya sarankan untuk menjawab akan memikirkan masukan tersebut meskipun keputusan anda sudah bulat. Setelah 1-2 minggu, anda dapat mengajukan kembali rencana pengunduran agar bos merasa dihargai. Belajarlah dari pengalaman saya.

Selanjutnya adalah proses dengan bagian SDM. Di sini digali lagi apa yang menjadi alasan resign dan apa yang dapat dilakukan mereka agar saya dapat dipertahankan. Proses ini sekaligus alat evaluasi bagi SDM ke depan, terutama jika terjadi banyak kasus serupa pada waktu yang berdekatan. Kurangnya waktu untuk anak-anak dan diri sendiri merupakan kebutuhan yang sulit dipenuhi oleh pemberi kerja.

Setelah semua OK, terbitlah paklaring. Di sana dituliskan hak dan kewajiban yang harus diselesaikan oleh karyawan. Uang perpisahan (semacam pesangon namun nilainya jauh lebih kecil),  hak pensiun di usia pensiun nanti, hak untuk mencairkan iuran BPJS ketenagakerjaan dan  juga kewajiban untuk mengembalikan pinjaman (apabila ada).

Namun, hal yang paling sedih adalah ketika perpisahan, terutama dengan tim kerja yang biasa kerja bareng, dimarahi bareng, bercanda bareng khususnya menertawakan nasib harus di kantor sampai malam. Karena interaksi yang intens, rasanya kami sudah seperti keluarga. Juga dengan teman-teman di departemen yang sama yang merasa senasib sepenanggungan. Selanjutnya dengan teman makan siang dan teman seangkatan, yang pastinya acara kumpul-kumpul akan jarang ikut serta.

Setelah itu semua dapat dilewati, saya menunggu bagaimana rasanya tak ada notifikasi dari bank pada tanggal 25?  Oh ternyata biasa saja. Tak ada rasa sesal atau sedih. 

(Vision without execution is hallucination - Thomas A. Edison)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline