Lihat ke Halaman Asli

fahmi karim

Suka jalan-jalan

Bangunan yang Ramah

Diperbarui: 16 Mei 2021   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Pernah tidak kalian merasa lucu dengan penderitaan Anda sendiri? Dan saat diceritakan pada orang lain menghasilkan tawa, dan pasti, menertawakan diri Anda. Tapi lebih lucu lagi Anda ingin terus mengulang cerita itu.

Ya, kadang hidup adalah komedi yang tragis. Kadang dibuat parodi untuk sekadar menguliti rasa kemanusiaan kita.

Itu yang saya rasa sewaktu ikut salah satu kegiatan dalam mendampingi tunanetra. Kegiatan yang dibuat oleh Kementerian Dalam Negeri (kemendagri), 24 Oktober 2019 lalu, di salah satu hotel berbintang. Dengan tema: Forum Kemitraan Ormas Dalam Rangka Pendidikan Politik Dalam Negeri. Ngeriii...

Bang Ajis (saya menyapanya demikian) terus memastikan saya dari malam untuk kegiatan besok pagi. Maklum, pengalamannya dengan mahasiswa cukup meyakinkannya bahwa tidak ada suasana pagi dalam kehidupan mahasiswa. Kira-kira begitu...

"Tidak boleh membuat orang yang lebih tua umur, plus tua pengalaman, menunggu saya yang masih ingusan. Harus tepat waktu," doaku sebelum tidur malam itu.

Jam 07.30 saya sudah di depan rumah Bang Ajis. Sesuai doa, saya tidak membuatnya menunggu. Dan tidak ada yang menunggu. Lumayan, dapat poin satu untuk reputasi mahasiswa. 

Kawan-kawan tunanetra sangat menghargai waktu. Dan memang beberapa kali kegiatan yang kami buat berjalan sesuai jadwal. Saya tidak risi karena kuliah-kuliah yang saya lalui di kampus minimal saya selalu orang kedua dalam kelas yang datang.

Kita sampai di tempat kegiatan sebagai tamu pertama sampai hampir satu jam kemudian. Bangga bagi kita sekaligus tidak membanggakan bagi situasi -- sambil sedikit memaki-maki dalam pikiran tetang manusia-manusia yang tidak tahu waktu pada diri.

Mohon sabar sedikit, ya..., kita belum sampai pada inti pembicaraan. Saya tidak ingin meloncat-loncat. Harus terstruktur, sistematis, dan masif.

Handphone Bang Ajis berbunyi, telpon dari temannya yang menanyakan apakah juga hadir di kegiatan kemendagri. Dua teman Bang Ajis, yang juga tunanetra, sudah di dalam hotel untuk menghadiri undangan kemendagri dan tanpa pendamping. Langsung disuruh ke saya untuk menjemput mereka, dengan ekspresi gawat. Ketika saya hendak berdiri untuk ke luar ruangan, dua orang tunanetra ada di belakang kami, sedang sibuk mendekatkan handphone di telinga seperti menunggu kabar. Iya, itu mereka berdua teman Bang Ajis. Huhh... tidak boleh tertawa. Itu etikanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline