Lihat ke Halaman Asli

firta yolin

freelancer

Ad Maiora Natus Sum

Diperbarui: 2 Mei 2024   06:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pinterest 

"Maaf, nilai akademis anda tidak memenuhi standar perusahaan kami."

"Kamu harus masuk kelas IPA, jangan sampai kami malu karena anaknya tidak cerdas...!"

"Nilai sainsmu harus bagus, kalau tidak percuma saja kamu ikut ujian perguruan tinggi kalau nilai sainsmu tidak bagus... karena kamu tidak akan diterima di perguruan tinggi manapun..."

Kompasianer... kutipan percakapan di atas hanyalah beberapa contoh dari yang pernah kita alami sendiri maupun dari apa yang kita lihat atau yang sering kita dengar. Pada umumnya dari sebagian besar masyarakat di dunia ini, memiliki standar terhadap kecerdasan seseorang, baik terhadap anak-anak maupun dewasa. Dan kebanyakan memiliki standar bahwa kecerdasan seseorang dilihat dari nilai akademisnya terutama nilai akademis dari mata pelajaran matematika dan sains.

Sayang sekali ya kalau masih banyak orangtua yang berpikiran seperti ini. Anak-anak yang memiliki bakat di bidang lain dianggap tidak memiliki kecerdasan karena nilai akademis matematika dan sainsnya kurang baik. Apalagi ditambah mereka sering dibeda-bedakan atau dibanding-bandingkan dengan anak lain yang memiliki nilai akademis yang baik dalam bidang sains. Hal tersebut dapat menjadi pemicu mengapa anak-anak sudah tidak suka belajar, atau yang lebih parah lagi anak-anak dapat mengalami depresi karena mereka merasa terkucilkan, tidak memiliki rasa percaya diri hingga psikis tidak dapat bertumbuh kembang dengan baik.

Perlu kita ketahui, bahwa menurut Howard Gardner, seorang ahli psikologi, kecerdasan seseorang tidak hanya berdasarkan nilai akademis saja atau memiliki keahlian dalam matematika dan sains. Namun kecerdasan seseorang dapat bermacam-macam:

1. Kecerdasan bahasa atau linguistik, dimana seseorang memiliki kemampuan untuk menggunakan dan memproses kata-kata secara efektif baik lisan maupun tulisan. 

Kecerdasan dalam bahasa tulisan dapat terlihat pada kemampuan seseorang dalam menggambar, melukis, menulis, dan sebagainya. Sedangkan kecerdasan dalam bahasa lisan terlihat pada kemampuan seseorang dalam bercerita, mendongeng, menceritakan kembali, pandai berbicara di depan umum, terlibat dalam percakapan dan sebagainya.

Perkembangan kecerdasan bahasa pada seseorang terutama anak-anak dapat didorong antara lain dengan kegiatan menggambar atau melukis bebas sesuai dengan minatnya, menulis hal-hal yang bermakna sesuai kemampuan, membaca buku cerita, memberikan kesempatan untuk berbicara atau bercerita, bermain peran, bermain untuk memperkaya kosakata, menceritakan kembali isi cerita atau kejadian yang bermakna, terutama bagi anak-anak.

Seseorang yang memiliki kecerdasan linguistik pada umumnya mampu mendengarkan dengan cermat dan menanggapi komunikasi verbal, menulis dan berbicara secara efektif dan memiliki kosakata yang luas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline