Lihat ke Halaman Asli

Membentuk Moral Anak Melalui Story Telling

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Masa anak-anak merupakan masa pembentukan watak yang utama. Apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu yang kurang baik dan kemudian telah menjadi kebiasaanya, maka sangat sukar untuk meluruskannya. Seperti pepatah bijak mengatakan “barangsiapa membiasakan sesuatu semenjak kecil, maka dia akan terbiasa dengannya hingga dewasa”. Anak tentu saja menjadi anugerah terindah bagi setiap orangtua. Namun, ketika sang buah hati beranjak remaja atau dewasa, bisa jadi anak yang telah dibesarkan dan dididik sebaik mungkin, menjadi anak yang tidak mengerti nilai-nilai moral dalam kehidupan. Kondisi tersebut tentu saja mengecewakan karena apa yang sejak dini ditanamkan, hilang begitu saja. Peran orangtua dalam mempersiapkan anak-anak tumbuh menjadi pribadi baik dan berkembang utuh melalui komunikasi yang baik dan efektif sangatlah diperlukan. Nah,ada salah satu media komunikasi yang efektif dalam membentuk moral anak yakni dengan story telling (mendongeng), sebagai bentuk penyuluhan dini.

Mendongeng merupakan rangkaian tutur kata yang dijadikan sarana alat bantu komunikasi, dengan muatan nilai-nilai positif, dan pesan moral maupun ajaran Agama yang akan lekat terpatri dalam ingatan anak. Mendongeng pada anak bisa dilakukan kapan dan di mana saja, Dongeng membuat nyaman, tenang sekaligus senang untuk membantu anak dalam berimajinasi. Dengan mendengarkan dongeng, anak tidak merasa dinasihati atau dipaksa harus mendengarkan kata-kata orangtua.

Ada beberapa manfaat dari aktivitas mendongeng:

1. Membentuk anak menjadi pribadi yang berwawasan nusantara.

2. Melestarikan warisan tradisi bercerita dan berkisah secara lisan di tengah arus globalisasi.

3. Menciptakan keterampilan anak dalam berbahasa.

4. Membentuk pola berfikir anak perihal gagasan-gagasan cerita, alur dan jalan cerita, konflik dan penyelesaian serta relevansinya yang bisa diterpakan dalam kehidupan sehari-hari anak saat dewasa kelak.

5. Mengasah kreativitas, daya pikir dan imajinasi anak melalui visualisasi cerita yang didengarkan.

6. Membangun motivasi dan keyakinan individu dalam berelasi antar sesama manusia serta relasi manusia dengan Sang Pencipta.

7. Membantu perkembangan psikologis dan kecerdasan emosional anak.

8. Menanamkan nilai-nilai etika, moral dan spritual serta berbagai nilai seperti kejujuran, rendah hati, empati, kerja keras, serta kesetiakawanan sosial, berbagi pada sesama, saling menyayangi yang bisa diterapkan anak dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai orang tua, anda tidak perlu menjadi pendongeng yang professional untuk dapat diterima oleh anak-anak. Cukup memperhatikan beberapa teknik mendongeng agar komunikasi dan kedekatan emosional dapat terbentuk.

1. Cari perhatian anak agar fokus. Pilih tempat dan waktu yang tepat. Jangan memaksa anak mengalihkan aktivitasnya ketika ia sedang sibuk dengan mainannya.

2. Lakukan kontak mata. Agar anak merasa nyaman dan dekat dengan anda.

3. Kreasikan cerita. Sesuaikan dongeng dengan minat dan umur anak. Biasanya anak umur empat tahun ke bawah suka dengan cerita-cerita fable. Sedangkan anak umur empat sampai tujuh tahun lebih suka dengan cerita kepahlawanan atau tokoh heroik bisa juga diambil dari tauladan para sahabat Nabi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline