Lihat ke Halaman Asli

Naskah Drama yang (mungkin) Akan Dipentaskan Duabelas Hari Lagi

Diperbarui: 4 April 2017   18:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[Setting di depan rumah ibu Malinkundang] [Ibu Malinkundang sedang duduk di depan rumah, mencuci beras atau sedang apalah]

Ibu Malinkundang sedang galau. Anak kesayangannya akan datang mengunjungi kampung halamannya dalam waktu dekat setelah lima belas tahun merantau ke pulau seberang.

[Mungkin akan bagus jika backsoundnya Sigur Ros]

[Ini opsional] Tak lama kemudian para debt collector datang untuk menagih hutang ibu Malinkundang. Ibu malinkundang bertambah kadar galaunya. Sangat mengharapkan Malinkundang yang telah merantau sekian lama mampu menutupi hutangnya akibat kalah taruhan piala eropa kemaren megang Italia.

Debt collector1 : "Heh ibu! sekarang ini sudah jatuh tempo! segera lunasi hutangmu!" Ibu Malinkundang : "Aduh pak, saya belum punya uang untuk melunasi hutang - hutang saya pak, kemaren saya masuk tiansi tapi blom dapet downline" Debt collector2 : "Ah kamu jangan beralibi terus! hari gini kok masih ketipu MLM, mending kalo CNI, ini udah 2009 masi aja Tiansi. segera bu! kalau tidak...!" Ibu Malinkundang : "Kalau tidak kenapa pak?" Debt collector1&2 : "Akan saya itu - itu kamu" Ibu Malinkundang : "Aduh mau dong, suami saya sudah 10 tahun meninggal, saya bosan pake terong terus"

kemudian ibu Malinkundang meninggalkan debt collector yang sedang kebingungan karena jawaban terakhir ibu Malinkundang.

[Hari berganti. Setting-nya tetap cuman background mataharinya gantian sama bulan]

Tetangga - tetangga datang mengunjungi ibu Malinkundang yang masih saja mencuci beras. Menanyakan perihal kesuksesan anaknya yang mulai tersohor sebagai syahbandar nomer wahid di negeri. Tai tulisan gw udah kayak kitab melayu begini. Haha.

Tetangga : "Ibu, katanya malin mau datang ya?" Ibu Malinkundang : "iya, mungkin setelah bulan purnama nanti" Tetangga : "Aah seperti apa ya Malin sekarang? Aku pasti tak mengenali rupanya" ibu Malinkundang : "Ah ibu bisa saja, Malin kan panuan"

Ibu Malinkundang lalu berdoa kepada tuhan. memohon anaknya sampai dengan utuh tak kurang suatu apapun. Lalu seberkas sinar muncul dari atas menyinari ibu malinkundang dan ada suara berwibawa [Pake lampu senter aja ntar]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline