Lihat ke Halaman Asli

Zulfiqar Rapang

Mengabadi dalam literasi

Menghidup-matikan Luwu Raya Lima Tahun Sekali

Diperbarui: 5 Juni 2018   18:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Spanduk bertuliskan Luwu Tengah pada unjuk rasa pemekaran wilayah itu 2013 silam (koleksi pribadi)

NAMANYA Candra. Saat saya tiba dirumahnya, tubuhnya sudah berbaring terbujur kaku, berbungkus kain kafan. Saya sempat memotret titik hitam didadanya, bekas hujaman peluru tajam yang mengorbankan nyawanya.

Saya masih ingat, hari sebelumnya Candra parkir menunggangi motornya, dipinggir jalan dalam sebuah lorong di Batu Sitanduk. Pada sudut jalan yang lain, berbekal kartu pers yang terselempang didada, saya bergerak diantara aparat dan demonstran.

Letusan senjata mendayu-dayu dari arah lapangan. Demonstran bubar berlarian. Salah satu dari puluhan letusan senjata itu ternyata mengenai Candra. Tetap didada kiri lalu meregang nyawanya.

Ia adalah korban demi suara dan kepentingan publik, demi keinginan jamak wija to Luwu: Kabupaten Luwu Tengah dan Provinsi Luwu Raya.

Itu November 2013, lebih kurang lima tahun silam. Kini, Luwu Tengah tampaknya telah mengirat, lenyap, mungkin serempak bersama mengeringnya pepohonan yang ditumbangkan warga di jalanan Walmas kala itu.

Atau mungkin Luwu Tengah telah tergiring angin, membumbung ke angkasa bersama kepulan asap-asap ban bekas yang dibakar anak-anak Luwu saat itu. Lalu menghilang.

Atau bisa jadi, Luwu tengah tetap dihidupkan oleh para elit---termasuk mahasiswa, di warung-warung kopi. Namun kemudian dimatikan berkali-kali, memuai dan menguap bersama uap kopi dan asap rokok, seiring mereka beranjak dari kursi warkop itu.

Namun satu yang pasti, Luwu Tengah dan Luwu Raya pasti (akan) kembali diberi nyawa pada ajang demokrasi lima tahunan: pemilihan gubernur Sulawesi Selatan.

Nurdin Halid diberbagai kesempatan berikrar, jika ia terpilih sebagai Gubernur Sulsel, Provinsi Luwu Raya akan didorong untuk termekarkan. Kita bisa jadi kepincut, mengingat jejaring politik yang ia punyai di ibu kota sana.

Begitu pula dengan Nurdin Abdullah. Suatu waktu saya membaca buklet berisi visi misi pria bergelar profesor ini. Katanya, ia mendukung pemekaran Luwu Tengah demi peningkatan kesejahteraan dan percepatan sekian hal abstrak lainnya.

Saya tidak terlalu familiar dengan visi misi Agus Arifin Nu'mang dan bagaimana ia akan membawa Luwu Raya ke masa depan. Tapi, untuk Ichsan Yasin Limpo dan tandemnya Andi Mudzakkar, secara pribadi, saya tidak banyak menaruh harap akan wacana tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline