Lihat ke Halaman Asli

Fidiar_

Hello, welcome in this room. Enjoy and happy reading!

Puisi: Mei

Diperbarui: 31 Mei 2020   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: prestonsprinkle.com

Mei, kuceritakan padamu
Biar tapak-tapak kaki kita
Kembali mengisi setiap bagian-bagian rumpang
Pada jalan yang tak lagi sejalan, sekalipun 

Mei, kuceritakan padamu
Biar saja jika langit temaram kala itu
Kita sederhanakan dengan sebuah langkah yang diawali aku diakhiri dengan kau

Mei, bisa saja ia mundur pada setiap rencana yang sudah ia lingkari dengan pena merah miliknya
Mei, ia memberi lelucon bahwa ia tak ingin ikut berperan pada rencananya
Jelas saja, hafal

Jika satu ia beri tanda seru
Jika dua ia beri gelombang pada dahinya yang sama sekali tak ada badai yang sedang bergelora 

Ia hanya sedang bermain peran pada leluconnya pagi itu
Mei, sama-sama lupa dikatakan sinkronisasi
Dikatakan tetap berkomunikasi untuk sinkronisasi
Adu pandang, tertawa bersama yang dilakukan 

Mei, kuceritakan padamu
Kala senja di pelupuk matanya ingin pamit untuk pergi
Kita masih saja bergurau
Duduk bersanding
Menunggu waktunya pulang

Mei, monokrom hitam putih itu memanggil kita untuk kembali
Namun, tak ada lagi yang menunggu didepan pintu itu
Sudah pamit terlebih dahulu 

Kau dengan anganmu
Sedangkan aku yang sibuk menenun waktu untuk kembali merangkai angan itu agar tak lupa

Mei, kita berperan hanya sekali, tidak terjadi lagi untuk kedua kali
Biar saja, monokrom itu yang berdiskusi perihal kenangannya yang perlahan menjadi debu

Mei, kita pernah ada setelah pada akhirnya tiada
Mei, kita pernah bersama berlari setelah pada akhirnya berjalan sejauh ini tanpa kita lagi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline