Lihat ke Halaman Asli

Fian Fian

Si vis pacem, para bellum

Benang Merah antara Islam dan Teori Hubungan Internasional

Diperbarui: 11 Oktober 2019   21:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apakah empirisme dan meterialisme merupakan satu satunya metodologi untuk memproses data? Karena saat ini, terjadi  keterputusasaan antara hubungan internasional Barat dan aktivitas pengamalan manusia, lalu dapatkah Islam dijadikan acuan dalam megeneralisasi optik alternatif dalam berteori?

Untuk itu, diperlukan adanya perbedaan antara kontruksi Islam sebagai budaya, agama, identitas dan woldview dalam teori Hubungan Internasional dan llmu hubungan internasional. Lalu bagaimanakah Islam membangun visinya sendiri tentang Hubungan Internasional dan tentang teori dunia. Islam memiliki landsan berbeda yang mengandung kebenaran dan kehidupan yang baik, sehingga bisa menularkannya ke dunia Barat.

Namun, meskipun Hubungan Internasional dalam Islam ada dan mungkin dilakukan, akan tetapi tantangannnya dalah prakteknya.

Konteksnya: Banyak Konfrontasi 

Salah satu tantangannya adalah adanya:

-Tantangan sekularisme dan modernitas dengan negara-bangsanya.

-Globalisasi proyek liberal-modernis di luar Barat.

Perdebatan ini sudah berjalan karena pemikiran Huntington dan Fukuyama (1992), Islam diasumsikan sebagai sistem pemikiran dan keyakinan yang spesifik. Islam ditempatkan di ranah geopolitik daripada objek pemahaman budaya. Namun, tentu saja keberadaan Hubungan Internasional dalam Islam tidak dapat diabaikan sama sekali karena Islam telah mendarah daging dalam setiap aspek kehidupan.

Disadur dari karya Syeikh Shahrbanou Tadjbakhsh




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline