Lihat ke Halaman Asli

Efwe

TERVERIFIKASI

Officer yang Menulis

Krisis Keuangan Evergrande China, Penyebab Serta Efeknya bagi Keuangan Global dan Indonesia

Diperbarui: 21 September 2021   11:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kontan.co.id

Pasar keuangan dunia kini tengah mengamati dengan serius perkembangan krisis yang melanda perusahaan properti nomor 2 terbesar di China Evergrande.

Evergrande dilaporkan tengah dililit utang yang jumlahnya sangat besar sekitar US$ 300 mliyar atau setara dengan Rp. 4,277 triliun.

Dan US$ 100 milyar diantaranya berupa utang berbentuk obligasi yang sebagian besar diantaranya  US$ 83,5 milyar akan  jatuh tempo dalam sebulan ke depan.

Dengan kondisi seperti ini, besar kemungkinan Evergrande akan mengalami gagal bayar karena faktanya perusahaan ini memang lagi tak memiliki dana yang cukup untuk membayar surat hutang yang jatuh tempo tersebut. 

Sejumlah pengamat dan analis pasar modal dunia seperti dilansir bloomberg.com  memperkirakan akan ada beberapa skenario terburuk seandainya Evergrande gagal bayar dan terancam bangkrut.

Evergrande karena size-nya cukup raksasa, kebangkrutannya akan secara sistemik menimbulkan efek domino bagi seluruh sektor properti di China.

Pemerintah China di dorong untuk segera turun tangan menyelematkan Evergrande, meskipun Pemerintah Xi Jinping menurut sejumlah sumber bacaan disebutkan tak akan melakukan bailout.

Tapi apakah dengan risiko yang bisa saja meruntuhkan ekonomi China, pemerintah China hanya akan berpangku tangan.

Pasar keuangan dunia merespon negatif kondisi ini, dilansir Marketwatch.com, pada hari Senin (20/09/21) kemarin pasar keuangan Asia, Eropa, dan Amerika Serikat mengalami penurunan cukup tajam, indeks saham Dow Jones di Wallstreet turun hingga 1,78 persen, demikian juga dengan Indeks komposit Nasdaq  turun hingga 2,19 persen, penurunan terbesar dalam 2 bulan terakhir.

Kondisi di Evergrande ini, sebenarnya sudah dikhawatirkan oleh para pandit keuangan dunia sejak jauh-jauh bahwa ada risiko besar terkait bubble properti di China.

Di tahun 2021 ini, rasio harga rumah terhadap pendapatan masyarakat di China mencapai 133,7 kali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline