Lihat ke Halaman Asli

Ferry Ardiyanto Kurniawan

Menulis itu bebas

Kondisi Sekolah di Tengah Pandemi Covid-19

Diperbarui: 8 April 2020   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi. Ilustrasi sekolah

Saat sekolah-sekolah mulai diliburkan pada Rabu (16/03/20) gara-gara virus Corona (Covid19), guru dan orangtua mulai resah, kantin sekolah dan pedagang kecil pun bingung hendak berjualan di mana lagi. Sementara anak-anak yang masih lugu kegirangan karna mereka menyangka libur ini adalah momen terbebas dari hiruk pikuk sekolah.

Namun ternyata tak ada yang menyangka, bahwa libur panjang ini sangat menguras emosi dan tenaga orangtua di rumah. Mereka mesti menemani anaknya mengerjakan tugas, mengawasi aktivitas anak, dan berkomunikasi dengan guru via media sosial.

Satu pekan pertama tak cukup bagi orangtua dan guru untuk beradaptasi. Semua serba online, guru dituntut mencari berbagai alternatif untuk membuat tugas sekreatif mungkin, sedangkan orangtua banyak yang belum memiliki gawai dan tidak cukup mengerti teknologi.

Bayangkan saja, mulai dari aplikasi video call, sampai berbagai aplikasi penyedia kuis menarik disodorkan oleh sebagian guru kepada orangtua yang notabene perangkatnya mungkin belum terlalu support untuk itu.

Pekan kedua mulai bermunculan keluhan dari para orangtua, tak terkecuali guru. Orangtua mengeluh tugas yang diberikan oleh sekolah terlalu banyak, guru berusaha memberikan pengertian bahwa mereka mesti mengejar ketertinggalan materi. Semuanya seakan tidak sinkron.

Memasuki pertengahan pekan, nampaknya kedua belah pihak (red: guru dan orangtua) sudah mulai terbiasa. Namun tetap kondisi ini menyisakan keresahan bagi semua pihak, apalagi jika kebijakan belajar dari rumah diperpanjang oleh pemerintah, karena hingga saat ini pertanda covid19 akan berakhir tak kunjung muncul.

Guru dan orangtua yang memiliki keterbatasan perangkat pembelajaran berbasis online, materi yang sulit tersampaikan, kesibukan orangtua yang bekerja sehingga tidak bisa menemani anaknya, pedagang dan kantin sekolah tak bisa berjualan, semua persoalan ini seakan terus menumpuk.

Guru

Keresahan para guru dimulai dari keberlangsungan kegiatan belajar mengajar. Semula guru-guru telah merencanakan proses pembelajaran atau ketercapaian materi, selesai menjelang penilaian akhir tahun (PAT). Namun ternyata rencana yang sudah dibuat menjadi berantakan, guru mesti menyusun kembali rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi pandemi virus corona.

Absen, keikutsertaan dan evaluasi belajar siswa pun menjadi sangat subjektif. Guru tak bisa memantau secara langsung perkembangan peserta didiknya. Sampai hari ini yang bisa dilakukan oleh guru hanya memberi dan menerima tugas, lalu secara rutin menanyakan kabar anak-anak, entah itu via chat atau video call.

Orangtua

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline