Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Fawzy

Mahasiswa STIBA Arraayah

Optimisme di Tengah Krisis

Diperbarui: 31 Maret 2021   05:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi optimis. Foto: archistudent.net

Kita membutuhkan optimisme, dengan optimisme kita akan menggapai kemajuan, mengejar ketertinggalan, menggetarkan yang tak pasti, mewujudkan yang terlihat sulit untuk diatasi.

Kalimat-kalimat motivasi seperti di atas kerap kali disampaikan dalam berbagai redaksi, tapi inti pesannya sama. Diucapkan mulai dari pejabat negara, eksekutif perusahaan, pegiat start up, akademisi, motivator, aktivis, dan tentu saja: lewat tulisan di media ini.

Kenapa harus membicarakan 'optimisme'? Apakah optimisme itu selalu baik dan kita perlukan? Dan bagaimanakah perannya dalam mengatasi krisis yang kita alami saat ini?

Optimis dalam Kaca Mata Islam 

Dalam sebuah literatur hadits, sahabat Abu Hurairah Rhadiyallahu 'anhu pernah berkata, "Aku telah mendengar Nabi bersabda, "Tidak ada ramalan nasib sial. dan yang terbaiknya adalah optimisme." Ada yang bertanya. "Wahai Rasulullah, apa itu optimisme?" Beliau menjawab, "Yaitu kalimat baik yang didengar oleh salah seorang kalian." (Terjemahan HR. Muslim)

Hadits di atas menegaskan bah Rasulullah adalah insan yang selalu optimis. Bahkan, sikap optimis senartz hadir selama fase dakwah selama 13 tahun di kota suci Makkah, sikap itu juga terpelihara dan mewarnai dakwah beliau hingga jelang wafatnya beliau di kota Madinah.

Sikap optimis inilah yang menjadikan para sahabat Nabi saw menjadi sebaik-ba generasi. Diteruskan oleh para sahata Khulafaur Rasyidin, ajaran Islam bisa membentang dan menyebar dengan sangat luas. Beliau saw bersabda: "Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya. kemudian generasi berikutnya." (Terjemahan Hadits Imam al-Bukhari dan Muslim).

Tak ada sesuatu yang instan dalam tugas yang beliau jalankan. Dalam mengejar amanah berjuang, beliau 'alaihissholatu wassalam menggapai banyak ujian berat bahkan sampai harus kehilangan orang-orang yang dikasihinya, namun beliau tetap optimis!

Nah, lalu bagaimana dengan kita? Bisakah kita memiliki sikap optimis terhadap segala tantangan? Sebelum menjawab pertanyaan ini, mari kita belajar dari kisah perang Yarmuk!

Dalam gejolak kekuatan yang tak seimbang, kaum muslimin ketika itu berhasil menghancurkan pertahanan bangsa Romawi yang terkenal kuat dengan 200.000 lebih pasukannya. Dani arah Yarmuk inilah, Islam bisa menyebar hingga ke daratan China dan sekitarnya. Hingga ke tanah air kita, Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline