Lihat ke Halaman Asli

Senyum Karyamin - Sebuah Resensi

Diperbarui: 6 April 2021   20:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Judul Buku  : Senyum Karyamin

Pengarang   : Ahmad Tohari

Penerbit       : PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Tahun Terbit: 1995

Cetakan       : ke-9 tahun 2013

Tebal Buku  : 88 halaman

“Senyum Karyamin” karya milik Ahmad Tohari ini berisi cerita-cerita kehidupan penduduk di desa yang sederhana, disulap sedemikian rupa hingga menjadi sebuah kisah yang indah

Buku ini berisi 13 cerita pendek yang menceritakan kehidupan orang-orang kecil di pedesaan, dimulai dengan cerita yang berjudul “Senyum Karyamin” . Menceritakan tentang seorang pemuda pengangkat batu kali bernama Karyamin yang selalu tersenyum dalam menghadapi semua masalah yang dihadapinya. Mengangkat batu dari sungai ke pangkalan material merupakan pekerjaan yang harus dilakukan oleh Karyamin. Namun kehidupannya tak menjauh dari kemiskinan karena para pengepul yang membeli hasil batu dari Karyamin mempermainkan harga batu tersebut. Walaupun begitu Karyamin berusaha tetap tersenyum, karena tawa dan senyum bagi Karyamin adalah simbol kemenangan terhadap tengkulak, terhadap rendahnya harga batu, atau terhadap licinnya tanjakan.

Suatu pagi seperti biasanya, Karyamin mengangkut batu ditemani teman-temannya. Seketika perutnya terasa sakit dan tubuhnya mulai terasa tak seimbang karena beban yang ia pikul. Karyamin pun tergelincir sampai 2 kali. Setiap kali Karyamin tergelincir, temannya justru tertawa terbahak. Tetapi ia tetap tersenyum. Walaupun Karyamin sedang bekerja, ia selalu dibebankan dengan pikiran bahwa selama setengah bulan pengepul yang membawa batunya belum membayar jatahnya, padahal istrinya sedang sakit dirumah.

 Karyamin memutuskan untuk pulang, untuk menemani istrinya. Disepanjang perjalanan, Karyamin menahan rasa sakit pada perutnya, pandangan matanya juga mulai berkunang-kunang. Sesampainya di depan rumah, Karyamin melihat Pak Pamong yang biasa menagih iuran. Karyamin pun tertawa karena ia juga tak mampu membayar iuran tersebut. Kerasnya ia tertawa, akhirnya Karyamin terjatuh dan terguling karena tidak seimbang dan iapun meninggal dalam keadaan tersenyum.

Ironis sekali, begitu membaca kisah Karyamin. Bahasa dan pilihan kata Ahmad Tohari mampu mengajak pembaca ke dalam dunia karangannya, kata-kata yang digunakan juga  tidak terlalu berat. Namun dalam bukunya sering digunakan bahasa Banyumasan yang mungkin kurang bisa dipahami oleh pembaca. Selain itu, karena semua cerita pendeknya adalah tentang orang-orang yang sederhana, maka terkesan kurang bervariasi. Walaupun begitu, keindahan dalam setiap kata yang digunakan tetap tersaji dengan baik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline