Lihat ke Halaman Asli

Belum Menemukan yang Baru

Diperbarui: 6 Juli 2022   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sejak kepergiannya, Aisyah, pada Bulan Februari 2022 yang lalu, saya masih merenung seorang diri diiringi rasa nan pilu. Betapa tidak saya pikirkannya setelah saya perjuangkan hingga harus mudik dari perantauan, Kaltim-Jatim. Namun akhirnya berujung kehampaan tanpa ada pertemuan dan percakapan setelah saya mendengar dia sudah milik orang. 

Nada-nada trauma dalam nadi masih menghantuinya, mengingatmu bah aroma keminyan di persimpangan jalan buntu. Semerbak namamu membuat tubuh rapuh akibat gusuran janji yang kau dustai. 

Hari sudah tiba, dimana saya harus mengubur kenangan dengan ikhlas, agar aroma janji manis yang pernah kita harapkan cukup saja jadi perbincangan yang tak akan kita pegang. 

Sejak kita tak bertatap muka, sejak itu pula kita seperti orang asing yang entah hendak kemana mau melangkahkan harapan karena pupusnya tujuan. 

Dimanakah aroma akan berlabuh selanjutnya ....

Bengalon, 5/6/2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline