Lihat ke Halaman Asli

Farhan Risyad Razaq

Lulusan dari Universitas Brawijaya, Studi yang ditempuh adalah Ilmu Administrasi Publik.

Harry Potter, di Balik Semangat Melawan Supremasi Ras dan Fasisme

Diperbarui: 26 Juli 2022   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Harry Potter, novel fiksi yang ditulis oleh J.K rowling bercerita tentang perserteruan antara kekuatan sihir  gelap yang didalangi Tom Marvolo Riddle alias Voldemort dan kelompok yang melawan kekuatan gelap, yang menyebut dirinya The Order of Phoenix.  

Tokoh utama didalam novel tersebut Harry Pottter yang melakoni sosok protagonis. Tujuannya melawan Lord Voldemort untuk menyelamatkan dunia sihir dari kegelapan dan teror yang dilakukan oleh kekuatan sihir gelap.

Sejak awal Harry Potter memiliki interaksi yang kuat dengan Voldemort sebagai sosok antagonis didalam alur cerita. Keduanya berada pada sisi yang berseberangan, Perseteruan antara keduanya membuat Harry Potter  memiliki pertualangan yang unik didalam cerita. 

Hal demikian yang menjadikan novel Harry Potter bukan hanya imajinatif sebagai novel fiksi tetapi juga memiliki cerita yang kompleks.

Interaksi antara keduanya dimulai ketika Lord Voldemort mengalami setengah kematian. 

Artinya tubuh fisiknya hilang yang tersisa dari dirinya adalah wujud rohnnya yang lemah. Hal itu terjadi  ketika Voldemort hendak membunuh Harry Potter kecil yang tengah terduduk di tempat tidurnya. 

Sekelilingnya terdapat mantra yang telah di bacakan oleh ibunya dan memantulkan kembali sihir voldemort yang menyebabkan ia lemah. Sebelumnya orang tua Harry Potter memberikan perlawan terhadap Voldemort, tetapi keduanya tewas ditangan Voldemort sewaktu  melindungi sang buah hati.

Peristiwa tersebut menjadikan Harry Potter sebagai bagian jiwa voldemort dan meninggalkan bekas luka yang ada di dahi Harry. Sehingga pada masa pertumbuhannya terdapat kesamaan antara Harry Potter dan Voldemort. Seperti halnya Harry bisa berbicara dengan ular menggunakan bahasa parseltongue. 

Bahasa yang hanya dapat dikuasai oleh keturunan Salazar Slythrine. Kesamaan itu membuat Harry Potter mempertanyakan kembali tentang posisi dirinya ditengah beradunya kekuatan gelap dan terang.

Harry Potter dan Voldemort sama sakligus beda. Artinya keduanya seperti refleksi atau pantulan diri seperti ketika kita sedang mengaca. Hal itu terjadi karena Harry Potter merupakan bagian jiwa Voldemort, akibatnya  terdapat kesamaan sifat dan bakat sihirnya yang diturunkan olehnya.

Tetapi juga beda, Karena Harry Potter mengambil posisi yang berlawanan dengan Voldemort. Tepatnya ketika Harry Potter memilih Gryffindor sebagai asramanya dia telah  memilih jalan hidup yang berbeda. Perbedaan juga terletak pada sihir yang dikuasai oleh Harry Potter, Harry berbakat dengan sihir pertahanan sementara Voldemort berbakat dalam sihir kutukan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline