Lihat ke Halaman Asli

M Chusni Farid

penikmat cerita yang suka bercerita

Memperingati Hari Kelahiran Nabi dengan Menceritakan Ulang Kisahnya

Diperbarui: 19 Oktober 2021   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa tahun silam saya menyimak ulasan cerita dari seorang ustadz lulusan Kairo Mesir. Beliau seorang guru bahasa arab. Namanya Pak Yono. Sebelum memulai pelajaran, beliau seringkali memulainya dengan cerita. Cerita: pengalaman hidup, motivasi dan terkadang cerita nabi-nabi.

Pada satu waktu, beliau menceritakan satu kisah haru-biru. Sebuah kisah yang membuat hati saya terenyuh ketika mendengar kembali cerita tersebut. Bayangan beliau menitikan air mata dan terisak,  teringat jelas di  dalam kepala. Sebuah moment langka ketika beliau membawakan cerita tidak dengan muka ceria.

*

Alunan takbir menggema diseluruh seantero penjuru Arab, bertalun-talun meyemarakkan hari kemenangan. Seluruh umat muslin bersuka cita menyambut hari yang agung itu, aroma hidangan tercium dari rumah-rumah warga, seluruh pintu-pintu terbuka guna menyambut tamu yang datang. Dan anak kecil saling bersorak ceria bermain di teras rumah.

Ditengah riuh semarak kemenangan, ada pemandangan berbeda dari sudur pandang lain. Seorang anak kecil berperawakan kulit hiam lebam sedang menyendiri menjauh dari teman seusianya. Ia duduk termenung seperti sedang meratapi sesuatu. Sesekali tangannya mengusap air mata yang entah mengapa selalu menetes setiap kali melihat anak kecil bermain dengan ayahnya. 

Dalam memorinya, ia belum pernah menemui sosok ayah dalam kehidupannya. Ia tidak tahu persis seperti apa rupa ayahnya, yang ia ketahui ialah saat dirinya hampir lahir ke dunia, ayahnya Syahid  dimedan peperangan sebagai seorang pahlawan. 

Semenjak kecil ia dibesarkan oleh ibunya seorang diri, sebagai seorang budak,  ia dilatih untuk menuruti setiap perintah majikan. dimulai dari  dari bersih-bersih rumah hingga menjaga hewan ternak. Hingga suatu ketika ibunya hendak memerdekakan diri. Namun ditolak oleh sang majikan dan memilih kabur bersama anaknya ke kampung halaman. 

Naasnya setelah sampai di tempat tujuan. Kampung halamannya sedang mengalami musibah. Seluruh rumah warga dibumi hanguskan. Penjarahan terhadap barang-barang berharga termasuk penyanderaan perempuan dan anak-anak. Takdir tidak bisa ditebak. Anak kecil itu dibawa ke pasar guna dijual sebagai budak dan berpisah dengan ibunya. 

Perjalanan panjang terjadi dalam hidupnya. Diusianya yang baru menginjak tujuh tahun ia sudah mengalami berbagai macam pahitnya kehidupan. Lahir tanpa ayah, berpisah dengan ibunya kemudian menjadi budak diusia yang masih sangat belia.

Penderitaannya tidak cukup sampai disitu. Setiap kali dibawa ke pasar budak, jarang sekali ada orang yang menawarnya. Jangankan untuk membeli, melihat rupanya saja banyak pengunjung merasa enggan memilkinya. Ia berperawakan kecil dengan kulit hitam lebam dan kelihatan sangat lemah. Sangat tidak bisa diandalkan. Alhasil sering kali  ia mendapatkan siksaan ketika dirinya tidak laku terjual. Tak jarang sang makelar tidak memberikannya makan. 

Perlakuan buruk terhadapnya terus-menerus ia dapatkan tanpa ada perlawanan, ditindas, dipukuli, disiksa menjadi keseharian dalam hidupnya. hingga suatu ketika menjelang malam kemenangan, ia mempunyai niat untuk memotong takdir pahit ini. ia berencana untuk kabur saat sang makelar sedang sibuk dengan urusan lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline