Lihat ke Halaman Asli

Farah Aliyah Syahidah

Long life learner

Kreativitas Itu Bukan Keajaiban

Diperbarui: 6 Juni 2022   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamu'alaikum readers! Selamat malam, semoga kita selalu dalam lindungan-Nya. Malam ini penulis ingin diskusi bersama kalian dengan tema kreativitas. Ini hal menarik dan sudah banyak disinggung sejak abad ke-20. 

Pembahasan ini tidak ada habis-hanisnya, seringkali disinggung dalam forum pendidikan, buku-buku self improvement, kepribadian, industri dan banyak lagi. 

Sepertinya hampir semua aspek  membutubkan kreativitas, bukan? Seperti membuat masakan, membersihkan barang-barang di rumah dengan efektif hingga penemuan penemuan besar mutakhir berbasis teknologi. 

Sebenarnya tema ini muncul ketika penulis membaca buku mindset karya Dweck, namun hal ini membuat pikiran-pikiran lain muncul. Seperti buku mestakung, kubik leadership, lean startup, youtube qutu buku dan beberapa  saran dari orang-orang yang penulis ajak untuk sharing. 

Oh ya.. Penulis juga teringat, saat dulu 2020 melakukan tes VIA, tes kepribadian yang akan memunculkan kekuatan utama kita, penulis juga sempat terkejut karena hasil utama (nomor 1) dari tes tersebut adalah creativity yang artinya kekuatan penulis adalah kreativitas dan kedua hope, harapan (optimisme) ya meski tidak dipungkiri kemampuan kekuatan kita fluktuatif, dinamis dan dapat dikembangkan, namun dari sini penulis memahami ide-ide yang sering membuat penulis susah tidak jika tidak didiskusikan. Entah dengan teman, entah dengan tulisan dan sebagainya. 

Baikla, kita pahami dulu ya makna kreativitas itu sendiri apa, hmm... Mungkin teman-teman sudah tahu, bahkan ada yang sudah expert di bidang ini, tapi penulis akan mencoba menjelaskan dari sudut pandang penulis. 

Kreativitas adalah sebuah proses dalam menghasilkan sebuah produk baru, entah berupa pikiran atau ide, benda, dan lain-lain. Sehingga orang yang memiliki kreativitas tinggi cenderung dapat menghasilkan karya-karya baru yang tentunya itu merupakan perpaduan dari berbagai ide sebelumnya yang sudah di indera oleh manusia (kita). 

Nah, kemudian banyak dari kita yang kagum akan orang-orang kreatif seperti penemu bohlam, lampu, teori cahaya, dan lain sebagainya. Seolah-olah hal itu seperti lampu menyala di gelapnya pikiran kita. Seolah-olah itu adalah sebuah mukjizat atau keajaiban. Padahal sungguh, bukan seperti itu proses kreativitas. Mengapa demikian? 

Yups! Kita sebagai manusia memiliki 5 panca indera dimana kesemuanya akan menerima berbagai stimulus dari luar baik suara, cahaya, dan lain sebagainya yang kemudian masuk melalui syaraf ke otak dan otak akan memberikan interpretasi atau pemaknaan atas apa yang kita lihat... Nah dari sanalah banyak terjadi kreativitas.. 

Tapi, sebelum terjadi kreativitas, manusia perlu banyak berlatih. Misal dalam buku mestakung dijelaskan sebelum orang dapat memenangkan olimpiade fisika, Anak-anak harus banyak berlatih terus belajar belajar secara fokus dan intensif selama waktu yang ditentukan sesuai program. 

Setelah itu anak-anak tidak langsung mengikuti olimpiade fisika, namun dibiarkan 1-2 minggu untuk melakukan inkubasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline