Lihat ke Halaman Asli

Fanny Azzahra

Mahasiswa/Universitas Andalas

Stigma Mengenai Kesehatan Mental di Indonesia

Diperbarui: 17 Oktober 2022   15:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Beberapa bulan ke belakang, kesadaran masyarakat Indonesia mengenai isu kesehatan mental dinilai terus meningkat. Dulu mungkin Indonesia masih menutup  mata ketika membahas mengenai kesehatan mental, karena masih dianggap sebagai hal yang tabu. Namun sekarang, dapat dilihat bahwa sudah cukup banyak komunitas, kampanye, obrolan di sosial media, bahkan beberapa karya yan mengulas mengenai kesehatan mental.

Namun, meskipun pengetahuan itu sudah mulai meningkat, stigma buruk terhadap pengidap gangguan kesehatan mental masih sangat kuat. Mereka menganggap para pengidap kesehatan mental sebagai ODGJ atau kerasukan setan yang kurang pengetahuan agama dan tidak dekat dengan Tuhan. Padahal gangguan kejiwaan merupakan kondisi medis di otak.

Apa itu kesehatan mental ?

Bagaimana mungkin kita mengetahui kesehatan mental, jika kita belum tahu arti kesehatan itu apa. Kesehatan sendiri menurut Word Health Organization (WHO), adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, ataupun sosial yang bukan hanya terbebas dari penyakit, kelemahan, atau kecatatan.

Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 yang berisi tentang Kesehatan menyatakan bahwa sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Kesehatan yang kita miliki terutama kesehatan mental harus dijaga dan dirawat sebaik mungkin agar tidak terjadi gangguan mental. Kesehatan mental dapat kita ibaratkan seperti mesin kendaraan, dimana ia harus terus dirawat agar kendaraan tersebut dapat berjalan baik. Oleh karenanya kesehatan mental perlu dirawat agar kehidupan yang kita jalani dapat berjalan dengan baik.

Indonesia butuh edukasi lebih lanjut mengenai kesehatan mental

Stigma buruk yang diberikan kepada pengidap kesehatan mental di Indonesia ini dapat menyebabkan terhambatnya kesembuhan dan pemulihan pengidap kesehatan mental. Hal ini karena para pengidap gangguan kesehatan mental ini justru memilih untuk menutup diri, bungkam, bahkan memilih untuk tidak berkonsultasi kepada ahli agar ia tidak mendapatkan labelling buruk atau pengucilan dari masyarakat sekitar.

Meski sudah banyak komunitas dan kampanye mengenai kesehatan mental, masih banyak orang yang bingung ketika merespons orang yang mengalami depresi. Peningkatan kesadaran terhadap kesehatan mental seharusnya dilanjutkan dengan pendidikan intervensi krisis mental tahap awal, guna menurunkan stigma buruk yang melekat pada pengidap kesehatan mental.

Hari kesehatan mental dunia pada tanggal 10 Oktober dapat menjadi momentum yang tepat untuk mengkampanyekan kepada masyarakat mengenai kesehatan mental. Edukasi tersebut bukan hanya untuk memberitahu masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental, tapi juga untuk memberitahu bagaimana cara menanggapi orang yang mengalami gangguan kesehatan mental. Serta perlunya edukasi untuk tidak self-diagnose agar tak terjadi kesalahan dalam penanganan nantinya.

Alasan kenapa Indonesia masih darurat Kesehatan mental

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline