Lihat ke Halaman Asli

Rendahnya Minat Masyarakat untuk Mendengarkan Radio

Diperbarui: 19 Juli 2017   07:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

A. Pendahuluan

Dalam sebuah media penyiaran naik turunnya eksistensi sudah lazim terjadi. Seiring dengan semakin ketatnya persaingan didunia penyiaran menuntut seluruh media penyiaran bekerja keras untuk mempertahankan keberadaannya. Salah satu bentuk media penyiaran yaitu radio. Radio merupakan salah satu media komunikasi massa yang dipandang sebagai the fifth estate (kekuatan kelima) setelah lembaga eksekutif(pemerintah), legislatif (parlemen), yudikatif (lembaga peradilan), dan pers atau surat kabar. Hal itu antara lain karena radio memiliki kekuatan langsung ,tidak mengenal jarak dan rintangan, dan memiliki daya tarik sendiri, seperti kekuatan suara, musik, dan efek suara (Romli, 2009 : 17).

Radio merupakan media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media lain (Ardianto, 2007: 123). Sebagai unsur dari proses komunikasi massa, radio siaran mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan media massa lainnya yaitu bersifat audial. Selain itu keunggulan radio siaran adalah murah, merakyat, dan bisa dibawa atau didengarkan dimana-mana. Seiring dengan perkembangan zaman, radio bukan hanya media hiburan dan informasi, namun radio sudah menjadi media activation. Karena itulah, setiap stasiun radio memiliki idealisme tersendiri untuk menarik pendengarnya.

Radio merupakan salah satu media yang efektif bagi masyarakat karena jangkauannya yang luas dan dapat menembus berbagai lapisan masyarakat. Radio juga disebut sebagai "sahabat" yang dapat menemani kegiatan sehari-hari para pendengarnya, karena berfungsi sebagai alat penghibur, penyampai informasi, dan melaksanakan fungsi pendidikan bagi masyarakat. Namun seiring berkembanya teknologi, radio yang dulunya memegang peran penting dalam penyampaian informasi khususnya Indonesia, perlahan-lahan mulai tersingkirkan dengan datangnya media baru yang jauh lebih menarik dengan konsep audio visual yaitu televisi. Televisi merupakan media massa paling banyak dimintati masyarakat sekarang ini. Teknik penyampaian pesan yang disetting stasiun televisi dengan menarik dan mudah dimengerti merupakan bonus untuk para khalayak yang menyaksikan. Mungkin hal ini merupakan salah satu penyebab turunnya minat dengar khalayak terhadap radio.

Berdasarkan survey Nielsen 2014, tiap tahun, pendengar radio mengalami penurunan hingga 3%. Sedangkan sebagai media promosi, radio hanya memiliki porsi penetrasi 30% penggunaan di tengah masyarakat, dibanding televisi, majalah dan media lainnya. Dari hal tersebut, maka penulis akan mengulas mengenai penyebab turunnya minat masyarakat terhadap radio.

B. Pembahasan

Radio adalah sarana alat pemancar siaran atau sebagai media penyampaian komunikasi secara audio. Radio merupakan media yang memiliki jangkauan selektif terhadap segmen pasar tertentu, kebudayaan radio telah mengakar pada masyarakat luas, masyarakat bawah pun telah terbiasa ditemani radio pada setiap kesempatan. Perkembangan industri radio di Indonesia dimulai ketika masyarakat mengenal radio sebagai media bagi khalayak umum sekitar tahun 1922, kemudian menjadi kegemaran di Indonesia pada tahun-tahun perdana siarannya (1950-1970). Sedangkan radio modern di Indonesia dapat dikatakan mulai berkembang pada tahun 1981, radio mengalami pertumbuhan yang sangat pesat ditinjau dari jumlah penerimaan iklan. Dari tahun ke tahun jumlah stasiun radio di Indonesia terus bertambah.

Pertumbuhan lembaga penyiaran Radio di Indonesia terus mengalami lonjakan, yaitu sekitar 1.288 stasiun pada tahun 2009 meningkat menjadi 1.986 stasiun pada tahun 2013 atau pertumbuhan mencapai rata-rata 10% per tahun. Pertumbuhan jumlah radio yang signifikan ternyata tidak berbanding lurus dengan peningkatan jumlah pendengar radio dalam populasi, lama waktu mendengarkan radio dan alokasi iklan radio, papar Ketua Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Bali Komang Agus Satuhedi saat menyampaikan makalah dalam Forum Dialog dengan Tema "Tata Cara dan Persyaratan Perpanjangan izin Penyelenggaran Penyiaran Lembaga Penyiaran Jasa Penyiaran Radio di Indonesia yang diselenggarakan oleh Kominfo, selasa (1/3/2016) di Mercure Hotels Kuta Bali. Kata dia, "data Radio Reachatau jumlah pendengar radio diantara populasi penduduk di satu kota tidak mengalami pertumbuhan, tetap dari tahun ke tahun bahkan beberapa diantaranya mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa persaingan stasiun radio untuk merebut pendengar semakin ketat karena jumlah pendengar yang diperbutkan cenderung tidak bertambah," ungkapnya.

Riset yang pernah dilakukan Broadcasting Board of Governors sebuah badan yang menaungi lembaga-lembaga penyiaran internasional milik Amerika dan perusahaan riset Gallup yang mengungkapkan bahwa dibandingkan dengan media lain, 87% penduduk Indonesia menggunakan TV untuk mendapatkan berita, 36% melalui SMS, 11% memperoleh informasi dari radio dan hanya 7% yang masih menggunakan media cetak untuk mendapatkan berita.

Jika pada 2010 50% penduduk Indonesia mendengarkan radio untuk mendapatkan berita, angka tersebut anjlok menjadi 31% pada 2011 dan terus merosot tinggal 24% pada tahun 2012. Kebiasaan ini dilakukan oleh 15% penduduk usia diatas 30 tahun, dan 30% usia muda (15 -- 24 tahun). Survey juga menunjukkan terjadinya penurunan pada jumlah pendengar radio, dimana saat ini hanya 24% penduduk Indonesia yang menggunakan radio untuk mendapatkan informasi.

Penurunan jumlah peminat radio dipengaruhi oleh kemunculan berbagi media elektronik yang didukung dengan teknologi yang canggih salah satunya televisi. Televisi merupakan jenis media massa audio-visual yang dapat menjangkau khalayak dalam jumlah besar, heterogen, tersebar, dan dalam waktu yang bersamaan ( Kuswandi, 2008 hal: 207). Program-program acara yang ditampilkan mampu menarik dan membius perhatian para pemirsanya untuk setia menonton televisi tersebut tanpa berpindah pada media lainnya. Hal yang menjadikan radio tergeser oleh televisi yaitu karena radio hanya bisa didengar sebagai audio saja, tidak seperti televisi yang bisa dilihat secara visual bahkan televisi dapat kita nikmati secara audio visual. Kemudian radio juga tidak bisa berfungsi jika diperdengarkan pada orang penderita ketulian. Sedangkan jika orang tuli masih bisa menikmati tampilan televisi. Radio juga hanya dapat didengarkan selintas, kemudian ada kemungkinan berita yang disampaikan radio tidak detil. Dari segi program, pendengar tidak meloncat-loncat program yang telah dijadwalkan siaran radio tersebut, contohnya saat seorang pendengar hanya ingin mendengar tentang berita, ia harus menunggu sekitar jam sekian yang telah ditentukan siaran radio tersebut. Seseorang masih harus mencari jaringan yang bisa membuat suara radio terdengar lebih jelas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline