Lihat ke Halaman Asli

Fajar Mahdi

typing.......

Gibran, Kenapa Kamu Anak Presiden...

Diperbarui: 20 September 2020   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

riau24.com

Ketika Gibran Rakabuming ramai diberitakan akan maju jadi walikota Solo, saya adalah salah satu yang menolak. Tapi beda dengan kebanyakan pengkritik yang hanya mendasarkan pada alasan dinasti politik. Saya tidak seperti Rocky Gerung dan Said Didu yang menolak hanya karena Gibran anak presiden. Mereka sih cuma benci aja sama Jokowi.

Lebih-lebih seperti (Agus Widyanto) Awo GoSemarang, wartawan senior Semarang yang terkenal sebagai tukang nyinyir kelas facebook ini sering banget nyinyiri Gibran. Nggak tau ada masalah apa dengan hidupnya. Mungkin masa kecilnya kurang bahagia, atau tidak kebagian kerjaan kali ya.

Saya menolak lebih pada minimnya track record Gibran. Selama 32 tahun masa hidupnya, Gibran tidak pernah terlibat di partai atau organisasi besar, tak punya pengalaman di eksekutif maupun legislatif, pun belum menunjukkan bobot kepemimpinan yang mumpuni. Aturan, dia kemarin nyalon dewan dulu lah.

Dan jujur saya mendukung langkah Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo yang memilih wakilnya Achmad Purnomo sebagai penerus estafet. Perlawanan Rudy benar-benar hebat, meski dia tahu Gibran anak sahabatnya sendiri.

Dan ketika akhirnya rekomendasi jatuh ke Gibran, Rudy kembali menunjukkan kematangannya sebagai kader. Ketika partai sudah memutuskan, semua kader harus mendukung. Tegak lurus!.

Nah, dengan dukungan Rudy ini, saya pun berfikir Pilkada Solo cuma formalitas. Gibran tidur saja, nggak usah kampanye, udah pasti menang.

Tapi rupanya Gibran nggak begitu cuy. Biarpun lawannya "cuma" pasangan independen. Biarpun Solo adalah salah satu kota dengan tingkat ke-banteng-an tertinggi. Biar pun semua sumber daya dan stakeholders mendukungnya. Ternyata anak ini tidak mau ongkang-ongkang kaki.

Dan itu yang membuat saya pelan-pelan menaruh respek.

Saya melihat ayah Jan Ethes ini rajin turun ke tengah masyarakat. Sebenar-benarnya turun. Seperti para calon di pilkada dengan lawan-lawan yang berat, Gibran sangat bekerja keras.

Setiap hari, pedagang martabak ini mengunjungi pasar, UMKM, dan kantong-kantong pendukung. Meski awalnya terlihat canggung dan kurang luwes tapi ia belajar. Terus saja ia jalan, ketemu orang, menyapa, ngobrol, dan mendengarkan keluhan serta masukan.

Statusnya sebagai anak presiden tidak membuatnya enggan sowan ke tokoh-tokoh penting di Solo. Gibran sadar belum berpengalaman, maka ia silaturahmi dan berguru pada senior-seniornya. Ia kunjungi rumah Rudy, rumah Achmad Purnomo, bahkan Ganjar Pranowo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline