Lihat ke Halaman Asli

Faiz Nur

pelajar, tetap pelajar, dan selalu belajar

Mencari Dermaga Cinta Edisi 1, (Ketika Aku Jatuh Cinta)

Diperbarui: 17 Desember 2017   00:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Mungkin benar kata senior-senior dulu, semakin tinggi semester kita, semakin malas juga kita kuliah. Dulu aku tak percaya dengan kata-kata itu, bagiku itu hanya kata yang keluar dari mulut-mulut mahasiswa pemalas yang putus asa menghadapi kenyataan kuliah. Itu dulu, ketika aku masih mahasiswa baru (maba)  yang dengan semangat membara dan lantang menyuarakan "hidup mahasiswa" walau belum paham secara mendalam arti kata tersebut, sekarang omongan itu sepertinya terjadi padaku, saat ini aku semester lima, dan kemalasan itu benar-benar tumbuh sebanding dengan semesterku yang beranjak tinggi.

Saat ini kuliah bukan hal utama bagiku yang ada jauh di perantauan, berbeda dengan saat awal aku datang kesini "kuliah adalah yang utama, itu niatku datang kesini" itu dulu bukan sekarang. 

Sekarang diriku benar-benar dilanda kemalasan tingkat tinggi untuk kuliah dan serba-serbi tentangnya, masuk semena-mena, tugas seadanya, dan IPK entah berapa itulah aku sekarang, tak ada tujuan dan arah pasti kemana aku kedepan. beruntunglah tugas-tugas dari dosen kebanyakan bersifat kelompok, dan hanya beberapa mata kuliah yang memberikan tugas individu.

Dari beberapa tugas kelompok, ada seseorang yang banyak sekelompok denganku. Namanya ita, sekertaris kelas tahun ini, banyak sekelompok dengannya dan juga dia sebagai sekertaris kelas menjadikanku sering berurusan dengan menteri pencatatan kelas ini. Dia memang tidak secantik teman-teman sekelas, tapi pernah jadi incaran banyak teman-temanku sejurusan, dia manis dengan wajah bulatnya, menarik dengan tubuhnya yang ideal.

Beberapa kali bersama menyelesaikan tugas dosen yang membosankan, tak ada perasaan apapun dariku padanya, apalagi dia padaku. Akantetapi lama-kelamaan, sifatnya yang penyabar dan gaya bicaranya yang lembut sering terlintas sesaat dalam aktivitasku, dan semakin lama mulai menggangguku. Aku mencoba menyikapi hal ini dengan logika berpikir tentang diriku sendiri, apakah yang muncul ini rasa ?, atau hanya karena sering bersama dalam urusan kuliah semata ?. perlahan kupikirkan diriku dengan logika, namun aku tak mampu berpikir jernih, logikaku sepertinya kalah dengan sesuatu yang ada pada diriku sendiri. 

Sejenak teringat pada kata-kata guruku "logika cinta adalah tidak bisa dilogikakan. Jika itu bisa dilogikakan berarti itu namanya bukan cinta".

Mungkinkah aku jatuh cinta.                            

 Cerita ini tersusun dalam beberapa edisi. Lihat kelanjutan cerita bertema "Mencari Dermaga Cinta" edisi selanjutnya disini dan jangan lupa follow juga.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline