Lihat ke Halaman Asli

Stabilkan Jiwa dengan Menulis

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ketika tidak setiap orang bisa diajak bicara secara lisan, maka catatanlah yang paling memungkinkan untuk kita berkomunikasi dan bersosialisasi. Maka, patut dikasihani mereka yang kesepian tetapi tak bisa nulis. Bicara pada diri sendiri memainkan nurani dan naluri memang bisa dilakukan. Tetapi dari sisi kualitas curah hatinya tetap berbeda dengan mereka yang mencurahkan pikiran dan perasaannya pada tulisan. Mungkin saja tulisan tak begitu bermakna seketika. Bahkan sekejap setelah seseorang menuliskan nuraninya, yang ditentang oleh nalurinya, atau sebaliknya.

Tetapi tiadalah yang lebih berharga dari hidup ini kecuali dengan menulis. Melukis perasaan atau pikiran, pikiran atau perasaan, atau kombinasi keduanya. Siapapun itu, apakah kiai, artis, aktivis, tukang becak, dan para penyair, kelak akan lebih mudah menemukan dirinya di alam kehidupan jika mampu menulis. Menulis apa? apa saja, apa adanya. Orang-orang yang gemar menulis lebih baik kualitas hidupnya dengan mereka yang tidak.

Agama yang tak memiliki kitab, tak memiliki tulisan banyak yang raib dari muka bumi. Sementara agama kitab lebih langgeng usianya. Di Belanda pernah ada sebuah riset di kalangan remaja di kota Nederland yang membuktikan mereka yang memiliki kebiasaan menulis jiwanya lebih stabil dan memiliki energi hidup yang lebih baik. Imajinasi remaja yang sedang menggelora tak mudah disalurkan. Lingkungan seringkali menghambat. Karena itu mereka yang gemar menulis biasanya memiliki kesehatan mental yang lebih bagus dan menatap masa depan lebih cerah ketimbang orang yang tidak suka menulis. (faiz manshur)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline