Akhir pekan adalah waktu yang paling dinantikan bagi para pekerja kantoran, apalagi bagi pasangan suami istri yang sama-sama kerja kantoran. Sedapat mungkin pastinya akan dimanfaatkan untuk menekuni hobi yang tersendat selama hari kerja jam kerja tiap pekannya. Dan diantara hobi kami adalah apa yang sedang dicoba bagikan dalam tulisan ini.
Pada tulisan sebelumnya sudah diceritakan bagaimana serunya bersepeda dan nikmatnya udara pantai di Banda Aceh. Dan kali ini adalah cerita tentang rute ke Ujong Pancu sebagaimana yang disinggung pada tulisan sebelumnya, yang keseruannya bercampur aduk dengan molekul kasih sayang sepasang sejoli.
Awal mula perjalanan adalah ketika langit baru saja pudar warna kebiruannya, waktu masih sekitar lima belas menit pasca pukul 7 pagi. Belum pun genap lima belas menit kami sudah sampai di pertigaan Ulee Lheue, ada bus TransKoetaRadja yang menunggu penumpang atau menyesuaikan dengan waktu masuk ke pelabuhan.
Setelah dengan sedikit cepat melintasi jembatan Lam Teh, akhirnya sampai di pintu masuk Gampong Lam Badeuk. Sebuah akhir dari permulaan dan awal dari sesi pertengahan, yaitu melintasi jalan rabat beton pinggir pantai.
Menjelang tiba di Lhok Ketapang tampak bukit yang sudah digarap untuk oleh para pekebun, dan perahu nelayan di pantai Lhok Ketapang tergeletak di dasar pantai, rupanya laut di pagi hari sedang surut.
Akhirnya sampai di Lhok Mata Ie, tempat dimana gerombolan burung mendendangkan kicauan kebahagiaan sekaligus pujian bagi Allah yang telah menciptakan segala makhluk berpasang-pasangan untuk saling berkasih sayang.
Mudah-mudahan dapat meluangkan waktu untuk menonton video berikut sebagai pelengkap tulisan ini.