Lihat ke Halaman Asli

Bahaya Penggunaan Pembalut Sekali Pakai terhadap Kondisi Lingkungan dan Inovasi Penggunaan Produk Menstrual Cup

Diperbarui: 16 Oktober 2022   23:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Freepik

Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) pada tahun 2020 lalu, jumlah sampah yang dihasilkan sebanyak 67,8 juta ton dengan persentase sebesar 57% untuk sampah organik, 15% sampah plastik, 11% sampah kertas serta 7% untuk jenis sampah lainnya. 

Pembalut sendiri merupakan produk sanitasi berbentuk lembaran yang digunakan bagi kaum perempuan untuk menyerap cairan menstruasi. 

Sebagian besar perempuan memilih penggunaan produk pembalut sekali pakai apabila telah memasuki masa menstruasi. Pemilihan pembalut sekali pakai ini dianggap jauh lebih praktis jika dibandingkan dengan menggunakan pembalut kain.

Akan tetapi, tahukah kamu bahwa sampah pembalut sekali pakai merupakan salah satu penyumbang sampah terbesar di Indonesia?

Sebuah studi yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia pada tahun 2015 lalu menyatakan bahwa limbah pembalut diperkirakan mencapai 1,4 Miliar dalam setiap bulannya. 

Dibalik tingginya angka penggunaan pembalut sekali pakai, terdapat fakta yang harus diketahui oleh masyarakat khususnya perempuan. Penguraian pada jenis limbah pembalut sekali pakai ternyata membutuhkan waktu sekitar 250-500 tahun lamanya. Hal ini dikarenakan adanya kandungan plastik dalam pembalut yang menyebabkan limbah tersebut sukar terurai.

Oleh karena proses penguraian yang lama tersebut, menyebabkan terjadinya timbunan sampah pembalut di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain membutuhkan durasi waktu yang panjang untuk penguraiannya, dalam sebuah study yang dilakukan oleh University of Exeter menyebutkan bahwa dalam durasi waktu penguraiannya tersebut, pembalut juga dapat mengeluarkan gas metana yang juga berdampak negatif bagi lingkungan. 

Gas metana sendiri merupakan salah satu unsur gas yang terdapat dalam rumah kaca.  Meningkatnya gas metana dapat memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim dan kenaikan temperature suhu bumi. Hal ini terjadi karena gas metana tidak dapat diserap secara alamiah dalam proses fotosintesis.

Selain dampak tersebut, penggunaan produk pembalut sekali pakai dinilai juga dapat menimbulkan masalah kesehatan pada organ reproduksi wanita. Hal ini dikarenakan bahwa bahan utama yang digunakan dari produk pembalut sekali pakai mengandung bahan berupa klorin, dioxin, serat sintetis dan juga aditif petrokimia. 

Proses pembuatan pembalut sekali pakai juga melibatkan proses kimiawi yang mana dalam proses produksinya digunakan bahan kertas yang berasal dari kertas daur ulang dan dicuci serta disterilisasi menggunakan bahan kimia lainnya.

Oleh karena dampak yang ditimbulkan baik dalam aspek kesehatan maupun lingkungan hidup, penggunaan pembalut sekali pakai kini digantikan dengan produk inovasi terbaru yaitu menstrual cup. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline