Lihat ke Halaman Asli

Kelompok Wanita Tani Cemara

Diperbarui: 30 Agustus 2021   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setelah Bank sampah kami berjalan satu tahun, kami menyadari ternyata urusan sampah itu sangat kompleks. Kami belajar mengurai permasalahan sampah satu per satu, setelah pemilahan sampah yg bisa bernilai ekonomi dan mendaur ulang sampah yg tidak bisa dijual menjadi barang-barang yang bernilai ekonomis dn layak jual.

Selanjutnya, kami mulai melirik sampah dapur rumah tangga yg ternyata mencakup hampir 70% dari sampah yang dihasilkan.

Kegiatan bank sampah kami terus bergerak dan menarik perhatian berbagai pihak. Kami tidak pernah bermimpi apa yang kami lakukan  akan  mendapat apresiasi dari pihak pemerintah setempat. 

Tawaran pertama datang dari dinas pertanian Tanggerang Selatan untuk membuat kebun Kelompok Wanita Tani (KWT) yang kami beri nama "KWT CEMARA", kami diberi ijin untuk mengolah tanah kavling perumahan yg telah menjadi tempat pembuangan sampah oleh warga sekitar. 

Kerja keras dan kesungguhan anggota bank sampah benar-benar dipertaruhkan, karena sampah yg kami bersihkan dari lokasi kebun bukan hanya sampah biasa tapi juga puing-puing dari pembangunan rumah di sekitar lahan. Kerja keras tak pernah menghianati hasil, dan siaplah tempat yang layak untuk memulai kegiatan.

Bulan Agustus dalah sebuah momentum bagi kami  - ibu-ibu majlis taklim juga ibu-ibu nasabah Bank Sampah -  mulai menanami kebun kelompok wanita tani (KWT) dengan senang dan antusias. Bahkan mereka yang hobi bercocok tanam ikut belajar bertanam di lahan kebun KWT. 

Kegiatan kami  selalu dipantau oleh  dinas pertanian dengan mengirimkan para penyuluhnya, hingga  kebun kami menjelma menjadi sebuah kebun yang membanggakan.

Untuk menunjng aktivitas berkebun dn mencari sumber pupuk alami, Kami mulai menyebarkan tong tong di sekitar perumahan untuk tempat pembuangan sampah dapur yg akan kami olah menjadi air " Lindi ", yaitu pupuk cair untuk digunakan di kebun KWT.

Saat panenpun tiba, sayuran yg kami petik bisa kami jual langsung untuk masyarakat sekitar dengan cara swalayan atau memanen sendiri dan kamipun melayani dengan cara online atau kami antar ke rumah pemesan. 

Kesungguhan dan kerja keras warga dan nasabah bank sampah yang sepenuhnya di dukung oleh pemerintah setempat  menjadikan KWT ini layak menyandang   tempat "Edu Farm" yang dapat digunakan sebagai   tempat belajar mulai dari anak-anak PAUD hingga mahasiswa.

Tawaran  kerjasama  yang luar biasapun kami terima dari  Universitas Pelita Harapan. Projek yang kami garap adalah   membuat makanan dan minuman yang berbasis daun kelor. produk olahan  berupa coklat kelor, teh kelor, dan cookies kelor. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline