Lihat ke Halaman Asli

EVRIDUS MANGUNG

TERVERIFIKASI

Pencari Makna

Sekolah Berasrama: Rumahku yang Kedua

Diperbarui: 9 September 2022   21:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.pikist.com

Saya dibesarkan dalam sekolah yang berasrama. Sejak mengenyam pendidikan sekolah menengah pertama sampai menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Kurang lebih saya hidup dalam sekolah berasrama selama 17 tahun.

Sekolah berasrama berarti sekolah yang memiliki asrama di dalam sekolah. Siswa melaksanakan semua kegiatan di dalam sekolah termasuk tidur, makan, sekolah dan kegiatan lainnya. Kalau demikian adanya, maka siswa tidak lagi bersama orang tua dalam jangka waktu tertentu.

Kesan saya secara umum mengenai sekolah berasrama sangat baik. Saya mengatakan bahwa ucapan terima kasih tidaklah cukup untuk memberikan rasa hormat saya untuk tiga almamater saya.

Mengapa saya harus memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya untuk sekolah berasrama? Alasannya adalah sekolah berasrama memiliki beberapa kelebihan.

Pertama, Dalam sekolah berasrama aturannya jelas. Setiap anggota komunitas wajib patuh dan taat pada aturan yang sudah ditetapkan. Aturan mengatur seluruh aktivitas anggota sejak bangun pagi sampai dengan tidur di malam hari.

Kedua, Hidup kerohanian sangat diperhatikan. Dalam hidup berasrama kehidupan rohani (doa pagi, baca kitab suci, dan lain sebagainya) selalu berjalan beriringan dengan kegiatan non kerohanian.

Ketiga, Sekolah berasrama memiliki pendamping. Pendamping yang dimaksudkan adalah Pembina asrama. 

Pembina asrama  memiliki kemampuan yang mumpuni dalam mengelolah asrama. Kemampuan yang dimiliki pembina mencakupi kompetensi rohani, intelektual, dan emosi. Seorang pembina asrama mendampingi siswa sebanyak-banyak 25 orang siswa. 

Jika dalam satu asrama ada 200 orang siswa maka jumlah pembinanya adalah 4 orang. Tugas seorang pembina adalah mendengar keluhan siswa baik keluhan hidup rohani dan maupun keluhan mengenai kegiatan non rohani (belajar, interaksi sosial, dll). Pembina srama tidak hanya mendengarkan keluhan tetapi juga mencarikan solusi bagi warga asrama terhadap masalah yang dihadapi.

Saya sendiri mengakui bahwa (berdasarkan pengalaman saya tentunya) jarang ditemukan dalam hidup berasrama mengalami kekerasan.  Alasannya adalah selain semua orang dispilin dan diatur hidupnya oleh aturan yang ketat, pembina asrama sangat dekat dengan anak-anak asrama. Seorang pembina asrama adalah ayah dan ibu kami dalam asrama.  Semua persoalan yang dihadapi oleh anggota asrama disampaikan ke pada pembina asrama. Pembina mengambil sanksi yang sepadan bila ada yang melanggar aturan ataupun melakukan kekerasan. Misalnya, diberi sangsi bagi pelanggar aturan, tidak boleh tidur siang tetapi membersihkan taman bunga atau kebun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline