Lihat ke Halaman Asli

Evaristus Cahya

Menulis bagian dari hobiku.

Menulis Itu Masalah Manajemen Waktu

Diperbarui: 1 April 2022   11:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis Itu (dokpri)

Ketika para amatir dan penulis pemula menunggu mood untuk bisa menulis, para penulis profesional tetap menulis dalam kondisi apapun suasana hati mereka. Mood atau tidak, profesional akan tetap menulis. # A Wan Bong

Setiap orang memiliki kisah hidup yang berbeda, dengan keunikan masing- masing. Dalam hal pekerjaan, hobi, prestasi, rumah tangga, keluarga, sampai kisah percintaan. Semua menjadi unik dan tidak ada salahnya jika dituangkan dalam karya yang menjadi bacaan untuk khalayak.

Waduh, menulis itu ribet, sulit, dan tidak mengasikkan. Oke, itu sebuah opini yang tak selamanya benar tapi tak selalu salah. Itu bagian dari argumentasi saja saat mendengar kata menulis. Menulis itu realitanya bukan masalah suka tidak suka, penting tak penting, mau tidak mau, akan tetapi hanyalah masalah manajemen waktu saja. Jika kita bisa meluangkan waktu sejenak setiap hari tentu ide yang ada di kepala ataupun pengalaman sehari- hari kita bisa menjadi sumber cerita yang baik.

Saya memiliki seorang teman pendidik yang mengajar di Jakarta. Beliau suka membaca tetapi belum  suka menulis. Dengan motivasi sederhana bahwa seorang pendidik perlu menuangkan ide dan dibukukan, teman tadi tergerak untuk ikut tantangan gerakan menulis satu hari satu tulisan. Sungguh perlu diapresiasi bahwa beliau sadar dan rela hati meluangkan waktu untuk menulis, iya menulis.

Tiap hari beliau selalu menulis cerita dua sampai tiga halaman. Lalu ditayangkan di status Facebook setiap tulisannya selesai. Setiap waktu pula saya memberikan komentar atau sekadar like dalam status beliau. Beliau semakin tergerak rajin menulis sebab mendapat apresiasi dari teman yang ada di FB. Sederhana tetapi ternyata mampu memotivasi beliau.

Akhirnya lebih kurang 30 hari beliau rajin menulis cerita inspiratif tersebut. Tak disangka dari 30 cerita itu bisa dibukukan pula menjadi sebuah karya buku yang tentu banyak pembaca juga yang  sudah penasaran akan wujud kumpulan cerita tersebut.

Dari pengalaman beliau kita dapat memetik amanat, jika menulis itu mudah. Semua bisa. Hanya masalah beranikah kita meluangkan waktu untuk berada di depan laptop menceritakan pengalaman kita, ide- ide kita dalam sebuah larik demi larik yang menjadi alinea indah untuk dibaca.

Ingat, menulis itu dimulai dari kesadaran hati, mengalir deras tak terbendung yang akan menghasilkan karya untuk anak cucu kita generasi yang akan datang. Beranilah menulis selagi jari kita dapat menulis. Salam semangat dan literasi.

Evaristus Cahya Triastarka

Pendidik di SMP Stella Matutina Salatiga




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline