Lihat ke Halaman Asli

Ermansyah R. Hindi

Free Writer, ASN

Lyotard dan Narasi Besar

Diperbarui: 20 Juni 2023   15:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Narasi Besar, G20, dan Kita (Sumber gambar : detik.com)

Satu dari sekian tokoh yang mengembangkan genre pemikiran filosofis-posmodernisme Perancis adalah Jean-Francois Lyotard. Dia bersama filsuf Derrida, Foucault, dan Deleuze yang sekaligus dianggap tokoh berpengaruh dalam gerakan pemikiran postrukturalis dan posmodernisme.

Minat besarnya pada filsafat dipengaruhi para filsuf besar sebelumnya, seperti Nietzsche, Kant, dan Marx. Nama terakhir ini menjadi hal yang menarik di Perancis, yang ditandai dengan model pemikiran Marxis sekitar dekade 50 dan 60-an. 

Lyotard dengan lainnya jelas-jelas bukan seorang Marxis, melainkan seorang aneh untuk menjadi ahli fenomenologi, yang memaafkan dan tanpa menafikan Marxisme. 

Entahlah bagaimana tangan dingin Lyotard mampu menganyam dua aliran pemikiran antara fenomenologis dan Marxisme sebagai titik tolak untuk membangun suatu metode khas melampaui pemikiran struktural. 

Hal itu juga merupakan satu langkah dari titik tolak fenomenologi menuju arah postrukturalisme dan posmoderisme. Secara esensial, langkah itu melika-likukan permasalahan bahasa.

Tidak terlalu jauh dari titik tolak. Permasalahan bahasa di ruang siber dipicu oleh ngebetnya fenomenologi saat ia tidak seiring lagi dengan analisis struktural menjadi syarat berlangsungnya pelepasan relasi langsung antara subyek dengan dunia di luar dirinya.

Pengetahuan dan Penandaan

Narasi teks bergumul dan berakhir dalam ketidakpastian makna, yang pada akhirnya permainan bebas tanda bisa terpenuhi. Sebagaimana telah dipahami, bahwa bahasa telah dilepaskan relasinya dari dunia luar. Sehingga apapun yang terjadi tidak ada lagi hal-hal mutlak dari dirinya. Ketidakhadiran hak istimewa pada makna hingga akhirnya menjebloskan dalam stabilitas maknanya itu sendiri.

Lyotard juga percaya pada bahasa yang tidak lagi stabil berhadapan pada sebuah struktur yang bersamaan untuk melepaskan dirinya dari rujukan tertentu. 

Penyebaran makna ke seluruh arah membuat sebuah perangkap tekstualnya dari representasi kesadaran. 

Sebagaimana obyek konsumsi, setiap orang akan terperangkap dalam lubang teks dan dalam pemikiran itu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline