Lihat ke Halaman Asli

Eril Sadewa

Analis Sejarah

Melacak Sejarah Awal Cirebon: Antara Tradisi dan Fakta Historis

Diperbarui: 12 Mei 2024   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: Searail.

Menurut sebuah Kronik Cirebon abad ke-18 M, Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon didirikan oleh Raden Walangsungsang, putra Prabu Siliwangi/Sri Baduga Maharaja, Maharaja Pajajaran. Raden Walangsungsang inilah paman Sunan Gunung Jati. Kronik tersebut ditulis pada 1720 M, oleh seorang Bangsawan Cirebon bernama Pangeran Arya Carbon.

Begitulah yang umum diyakini banyak orang hingga saat ini. Namun, benarkah begitu? Kebenaran kisah diatas,yang banyak dimuat dalam sumber-sumber sejarah Cirebon, banyak diragukan, seberapa validkah kisah tersebut mampu menjadi penjelas akan berdirinya sebuah negeri di pesisir utara Jawa yang bernama Cirebon tersebut? Pangeran Arya Carbon menuliskan di bagian belakang naskah, naskah itu disalin dari sebuah kitab yang berjudul Nagarakretabhumi karya Pangeran Wangsakerta dari Cirebon, yang ditulis pada 1697 M.  

Naskah Nagarakretabhumi juga memberitakan hal yang sama tentang asal-usul Cirebon tersebut.  Naskah Nagarakretabhumi ditulis berdasarkan sumber-sumber yang lebih tua, antara lain Serat Parahiangan.Akan tetapi, naskah ini pun memiliki masalah filologis, naskah karya Pangeran Wangsakerta tersebut. Naskah karya Wangsakerta tersebut, setelah diuji secara filologis, ternyata yang ditemukan hanya salinan yang dibuat pada abad ke-19 M.

Parahnya, Sejarawan Yoseph Iskandar menelan mentah-mentah data dari naskah ini dan menjadikannya sebagai refrensi tentang Sejarah Cirebon tanpa membandingkannya dengan sumber-sumber tertulis  lain.  

Dalam mahakaryanya, Sejarah Jawa Barat Yuganing Rajakawasa,  Sejarawan Yoseph Iskandar memercayai betul kisah mengenai petualangan Raden Walangsungsang dalam mendirikan Pedukuhan Cirebon, dan mendasarkan pandangannya tersebut dengan bukti-bukti antara lain tempat-tempat yang dianggap sebagai petilasan-petilasan Pangeran Walangsungsang.

Tentu saja, petilasan-petilasan tersebut tidak memuat inskripsi apapun dan sangat sulit dipercaya, jika hanya mendasarkan asumsi sejarah pada hal yang demikian. 

Sejarawan Yoseph Iskandar terlalu bergantung pada Naskah Wangsakerta dan kurang melirik sumber-sumber lain, hal itu memuat nilai kesejarahan dalam mahakaryanya tidak bisa menjadi alasan bahwa karya beliau dapat menjadi rujukan utama dalam Sejarah Sunda.

Data Primer Sejarah Awal  Cirebon.

Sejarawan Inggris Thomas Stamford Raffles dalam mahakaryanya, The History Of Java ( 1817 M) melaporkan penemuan sejumlah arca dan prasasti di Cirebon. Sejarawan Inggris yang juga Letnan Gubernur Inggris di Jawa pada abad ke-19 M itu melaporkan adanya penemuan prasasti di Kawali, yang ketika itu masuk Provinsi Cirebon.  Raffles juga  menuliskan bahwa ia mendengar cerita bahwa Daerah Kawali yang kala itu masuk Provinsi Cirebon tersebut, merupakan tempat bagi pelarian pangeran-pangeran Pajajaran saat Ibukota Pakuan Pajajaran direbut Tentara Islam.

Cerita yang didengar Raffles ini kiranya perlu dikroscek dengan sumber primer.  Laporan seorang Utusan Portugis, Tome Pires dalam Suma Oriental , yang mengunjungi Jawa antara 1512-1515 M, melaporkan, bahwa 40 tahun sebelum masa kedatangannya, Penguasa Demak  yang tidak disebut namanya telah mengirim seorang Saudagar Gresik untuk menduduki Cirebon yang waktu itu masih dikuasai oleh Kaum Pagan ( penyembah berhala). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline