Lihat ke Halaman Asli

Edy Priyatna

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Puisi | Melepaskan Suasana Hati Berjiwa

Diperbarui: 8 Desember 2018   06:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto : plukme.com

Puisi : Edy Priyatna

Di gerbang halaman masjid seorang sesepuh bergurau. Membiarkan angin membasuh dirinya. Dengan selingkar sinar cahaya. Setelah ia menyapanya dengan zikir. Mendorong langkah menuju kearah kiblat.

Meninggalkan selonggok batu hitam. Nan berbentuk ringan kecil mengkilat jernih. Dan ujungnya tajam seperti pedang. Prinsip ternoda nan engkau lakukan. Membuat semua hormat padamu.

Anda di sayangkan karena dia tak tahu makna. Engkau sudah bicara walaupun tanpa suara. Hambapun menimbun malam setiap hari. Sebongkah ku simpan dalam diri. Lentera kerap menerangi hatiku yang kelam.

Kini kau tidur terbaring lemah. Dengan mata tertutup. Di depan orang banyak. Dengan matanya bebas terungkai. Sunyi telah menggugah kejadian masalah.

Beserta keinginan tanah nan telah sirna. Penderitaan penganiayaan pembohongan publik. Penyalahgunaan pendustaan pengkorupsian. Sehingga bermanfaat bagi kemajuan genus ini. Kami berharap engkau segara terjaga. Karena kami ingin menanyakan siapa namamu.

Sangkat dapat ku intai ujung rembulan. Dan juga ku tatap bulan bintang. Menyingkap tirai hijab nan gaib. Melepaskan suasana hati berjiwa. Membangunkan jiwa untuk melangkah di pagi hari

(Pondok Petir, 04 Desember 2018)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline