Lihat ke Halaman Asli

Eny Veronika

Health, Social, Culture

Saya, Penduduk Tetap yang Tak Diundang Pesta!

Diperbarui: 17 April 2019   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

17 April 2019. Hari ini disebut-sebut sebagai "Pesta Demokrasi" bagi rakyat Indonesia.

Pesta ini seharusnya diramaikan oleh seluruh rakyat Indonesia yang sudah mendapatkan hak untuk bersuara. Mereka yang sudah ber-hak seharusnya mendapatkan formulir undangan C6 untuk merayakan pesta, dan bagi rakyat yang sedang tidak berada di tempat aslinya dapat mengajukan formulir undangan A6 untuk tetap bisa memeriahkan pesta.

Saya seorang wanita berusia 23 tahun. Sejak lahir saya sudah tinggal di tempat ini (salah satu daerah di kota Bekasi) dan belum pernah sekalipun mengajukan perpindahan, atau melaksanakan pemilu di kota lain atau menikah atau apapun itu yang dapat menyebabkan sebuah alasan bagi panitia untuk tidak mengundang saya dalam pesta demokrasi tahun ini.

Saya sudah mendengar keterlambatan undangan dari beberapa media informasi. Hingga H-2 pesta, saya mulai mempertanyakan undangan yang tak kunjung datang. Orang tua saya bilang bahwa undangannya ada di pak RT, memang begitu tahun-tahun sebelumnya, kami biasanya mendapatkan undangan lengkap yang sudah ada di pak RT.

H-1 saya bekerja dari pagi sampai malam. Tidak sempat untuk memastikan apakah saya diundang atau tidak. Saya sampai di rumah sudah sangat malam ketika mendapati bahwa dua dari tujuh orang di rumah saya tidak diundang, dan saya salah satunya.

"Bawa e-KTP saja ke TPS besok, bisa langsung kok." Begitu pesan pak RT kepada tante saya, yang menerima saat pak RT mengantar undangan C6 ke rumah. Ya, saya juga sudah baca mengenai ini di beberapa platform berita online.

Pagi pukul 07.30 WIB, di hari H pesta, saya dapat informasi dari tante saya yang baru saja kembali dari TPS bahwa bagi 'pemilih tambahan' yaitu yang tidak mendapatkan undangan C6 baru bisa memilih pukul 12.00 WIB.

Pukul 11.40 WIB saya sudah standby di TPS 110, posisinya tepat di belakang rumah -- depan rumah bapak RT kami -- yang sudah saya tinggali selama 23 tahun itu. TPS yang menjadi tempat penampungan suara keluarga saya di pesta demokrasi sebelum-sebelumnya.

Pukul 12.00 WIB saya memberikan KTP saya sesuai instruksi panitia. Saya menunggu sambil mengamati urutan panggilan pemilih tambahan yang tidak bisa saya pahami. Mungkin mereka lelah sehingga tidak ingat mana yang daftar duluan. 

Sempat kesal karena ke-tidak-telitian dan ke-tidak-profesionalan panitia. Tapi, ya sudahlah. Pak RT yang berhasil membaca raut muka kekesalan saya dan orang-orang yang sudah dulu datang tapi masih dibarisan penunggu sudah berulang kali mengingatkan panitia untuk mendahulukan yang datang lebih dulu. Jadi, ya sudahlah.

Saya berusaha bersabar hingga pukul 12.35 WIB panitia menyatakan bahwa surat suara habis. Jadi, kami, yang sudah lama menunggu di TPS tersebut, diminta untuk ke TPS lain -- yang memang jaraknya tidak terlalu jauh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline