Lihat ke Halaman Asli

Enrico Marwa

Mahasiswa S1 Hubungan Internasional

Perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dalam Memerangi Terorisme Internasional di Afganistan pada Pemerintahan Barack Obama

Diperbarui: 2 Januari 2023   16:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada kampanye awal pemilu presiden Amerika Serikat tahun 2008, Barack Obama lebih mengutamakan terhadap perbaikan dalam negeri terlebih dahulu, baik dari segi ekonomi, sosial dan juga politik dalam negeri Amerika Serikat, setelah kepemimpinan George W Bush yang dipandang oleh masyarakat sangat merugikan oleh masyarakat Amerika Serikat sendiri. 

Hal ini terlihat dengan beberapa kampanye pemilu yang diantaranya adalah kebijakan ekonomi yang berupa menaikkan pajak bagi mereka yang berpenghasilan tinggi. Selain itu juga mencoba mengajak masyarakat Amerika untuk tidak terlalu bergantung dengan minyak atau mencoba mengajak menggunakan bahan alternatif lain yang dapat mengurangi ketergantungannya terhadap minyak.  

kebijakan luar negeri Barack Obama diantaranya adalah dengan menarik pasukan militernya dari Irak, dan menambah pasukan militernya di Afghanistan guna meminimalisir dan memperkecil gerakan terorisme atau bahkan membunuh kepala dari teroris  yang mereka sebut-sebut yaitu Osama bin Laden. 

Dalam menjalankan kebijakan luar negerinya, Obama cenderung lebih soft politik. Obama lebih menekankan konsep smart power daripada hard power yang pernah digunakan oleh George W Bush. Hal ini terlihat dengan upaya Obama dalam memerangi terorisme di Afghanistan, yaitu dengan menyuruh pasukan militer untuk melakukan penyerangan terhadap Osama bin Laden.

Konsep smart power adalah perpaduan antara hard power dan soft power, jadi diartikan bahwa kemampuan untuk menggunakan secara bersamaan antara hard power dan smart power. 

Istilah smart power ini sudah ada sejak lama yang mengarah pada sebuah terbitan yang muncul di Foreign Affairs tahun 2004. Istilah tersebut akhirnya semakin popular didalam diplomasi internasional dengan adanya laporan tentang "Smart Power" yang menekankan perlunya agar lebih memperhatikan atau menggunakan pendekatan ini untuk melengkapi hard power sebagai upaya untuk memaksimalkan kepentingan ditingkat internasional.  

Karena pada pemerintahan Geroge W Bush yang menggunakan konsep hard power yang sangat berlebihan membuat reputasi dirinya dalam negara Amerika Serikat menjadi hancur dan juga merusak reputasinya di dunia internasional. Pada akhirnya kekuasaanya harus berhenti selain karena masa jabatannya telah selesai namun juga karena kebijakan luar negerinya yang sangat agresif.

Konsep smart powerpun diperkenalkan oleh Menlu Amerika Serikat Hillary Clinton dan juga Barack Obama sebagai upaya dalam mengembalikan citra dan reputasi internasional Amerika Serikat yang tersingkirkan karena metode militer dalam perang global melawan terorisme. Hillary Clinton mengatakan, dengan smart power maka diplomasi akan menjadi barisan depan dalam menjalani kebijakan luar negeri.

Jadi itulah upaya yang dilakukan Obama dalam menjalankan kebijakan luar negerinya untuk memerangi terorisme di Afghanistan. Obama lebih memilih smart dalam bertindak untuk tepat pada sasaran dengan meminimalisir korban yang berlebihan. Maka disimpulkan bahwa pada masa kepimpinan Geroge W Bush lebih banyak menggunakan konsep hard power yang sangat berlebihan. 

Sedangkan Obama, lebih mengutamakan terhadap perbaikan dalam negeri terlebih dahulu, baik dari segi ekonomi, sosial dan juga politik  agar memenuhi dulu kebutuhan masyarakat Amerika Serikat. Disinilah peran konsep smart power itu dijalankan oleh Barack Obama sebagai langkah dalam memerangi terorisme di Afghanistan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline