Lihat ke Halaman Asli

endro siswanto

berdiri diatas untuk mensukuri, masih banyak yg dibawah

Liberalisasi Pendidikan

Diperbarui: 16 April 2021   15:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

             Dengan terbitnya SE dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  dan
  juga  SE Menteri Agama terbaru ini, maka sudah resmi bahwa Ujian Nasional
  dan Ujian Akhir Madrasah atau yg lebih familiar dengan UN dan UAMBN resmi di
  hapus.  Dan kelulusan siswa sekarang  mutlak hak dari Sekolah /
  madrasah itu sendiri.
           Dulu, semua sekolah / Madrasah selalu menitik beratkan fokus pembelajarannya
  pada dua ujian nasional ini, karena sehebat apapun siswa, seluar biasa apapun
  siswa jika gagal dalam dua ujian ini, maka semua yang dia kerjakan dan dia
  pelajari selama di sekolah / madrasah akan tidak dianggap. Dan dia akan
  menjadi siswa yang gagal dalam pandangan sistem pendidikan. karena tidak
  lulus.

          Dan jika sampai ada siswa yang tidak lulus dalam satu sekolahan / madrasah,
  maka madrasah / sekolah tersebut akan di cap sebagai sekolah yang tidak
  kompeten, tidak bagus, dan sebagainya.

          Sehingga, banyak  guru dan siswa yang lupa akan tujuan asli dari
  pendidikan, yaitu  mengubah pribadi dari yg tidak baik menjadi baik, dari
  yang baik menjadi lebih baik. Karena fikiran mereka tercekok i dengan "
  muridku harus lulus UN dan UAMBN".

         Sekarang dengan pelimpahan hak meluluskan siswa di tangan madrasah / sekolah
  sendiri merupakan angin segar bagi sekolah / madrasah untuk berbenah, dan
  fokus dalam tujuan awal pendirian sekolah / madrasah. Tidak ada lagi "hantu"
  yang akan menahan gerak dan langkah madrasah dalam melaksanakan visi
  misinya.

        Tetapi selain itu, dalam jangka panjang ketiadaan UN dan UMBN akan menjadikan
  sekolah/ madrasah lebih tepatnya lingkungan pendidikan sebagai "pasar bebas".
  Baik dan Buruk nya sekolah akan ditentukan oleh masyarakat sendiri.  Dan
  Biasanya masyarakat akan melihat output dari sekolah / madrasah itu dalam
  memberikan penilaiannya.
 
         Dengan kata lain, sekolah / madrasah yang baik dimasa depan, tidak lagi dengan
  acuan nilai UN dan UAMBN tetapi dengan banyak tidaknya alumninya yang diterima
  di sekolah / madrasah lanjutan.

         Sedangkan sekolah / madrasah lanjutan akan melakukan seleksi dalam penerimaan
  siswa baru. Itu terjadi karena dengan tidak adanya UN dan UAMBN maka
  tidak ada lagi penilaian baku untuk semua lulusan sekolah / madrasah yang bisa
  dipedomani bersama.
 
         Selain itu  banyak tidaknya alumni Sekolah / Madrasah yang kompeten dan
  dan dipandang baik oleh masyarakat juga akan menjadi point tambahan dalam
  penilaian sekolah itu bagus atau tidak.  Kemudian pandangan bagus atau
  tidak pada madrasah / sekolah akan meningkatkan animo penerimaan siswa baru
  pada madrasah / sekolahh tersebut dan ujungnya sekolah / madrasah favorit akan
  muncul secara  alami dengan proses itu semua.  
 
          Kebalikannya sekolah / madrasah yang tidak mampu melahirkan alumni yang baik
  dimata masyarakat, dan tidak banyak alumninya yang diterima di sekolah
  favorit. Maka lambat laun akan ditinggalkan oleh masyarakat.
 
          Jadi dihapusnya UN dan UAMBN bukan saja memberi kebebasan madrasah / sekolah
  untuk berkreasi dan bergerak.  Tetapi juga menjadi tantangan bagi sekolah
  / madrasah untuk bisa survive dan bertahan dimasa depan.

  Apakah ini yang disebut liberalisasi pendidikan?    Wallahu A'lam
  bishowab.....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline