Lihat ke Halaman Asli

Encon Rahman

Encon Rahman Guru penerima penghargaan internasional dari PMCA Thailand 2017. Narasumber berbagai pelatihan di tingkat nasional.

(31) Menulis Itu Sebaiknya Istiqomah atau Tunggu Mood?

Diperbarui: 28 April 2022   06:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ada dua cara seseorang berhasil menuangkan gagasan dalam bentuk tulis. Pertama, ia istiqomah menulis setiap hari. Kadang waktunya ditentukan. Kadang kapan saja dia mau. Yang pasti targetnya ia harus menulis setiap hari. 

Kedua, ia menulis karena menunggu mood. Mood merupakan kondisi emosional yang menyebabkan seseorang tergerak untuk melakukan sesuatu. Lawan mood adalah bad mood. Bad mood adalah suasana hati yang memicu untuk tidak melakukan aktivitas apapun.

Bagi penulis pemula, menunggu mood menulis merupakan ciri khas yang paling dominan. Mereka mau menulis jika ada ide.  Jika tidak mood, para penulis pemula enggan menuangkan tulisan. Mereka lebih betah main game daripada menulis. 

Bagi penulis pemula, mood sering ditunggu dan dinanti. Tanpa mood merasa tidak bisa menulis satu paragraf pun.

Bagi penulis pemula, mood ibarat dewa. Mood seperti wangsit. Itulah sebabnya, mood sering menjadi sandaran untuk tetap eksis dalam menulis. Dengan merujuk realita di atas, akhirnya banyak penulis pemula yang tumbang di tengah jalan. 

Agar kebiasaan menulis tidak tumbang di tengah jalan, maka kuncinya harus menulis setiap hari.  Ya, menulis setiap hari. Menulis setiap hari tidak perlu tema yang muluk-muluk. Cukup tema sederhana dilingkungan kehidupan kita. 

Mandegnya kebiasaan menulis, disebabkan karena tema yang ingin diangkat merupakan sesuatu yang "wah" dan "aktual". Namun, referensi untuk tulisan tersebut sangat minimalis. 

Ujungnya, yang bersangkutan hanya mampu menulis tiga paragraf. Setelah itu buntu. Kebuntuan ini melahirkan stres tinggi. Nah, jika sudah stres akhirnya malas untuk  melanjutkan menulis. 

Menulis itu keterampilan terapan. Artinya, bisa dipelajari dan dikuasai. Menulis itu sama dengan keterampilan menjahit, keterampilan mengemudikan kendaraan atau berenang. Semakin sering praktik semakin mahir. Itulah sebabnya, para penulis mahir adalah mereka yang menulis setiap hari. 

Sebagai contoh, penulis novel "Lupus", Hilman Hariwijaya (almarhum) di masa era 80-an merupakan sosok yang fenomenal. Ketika novelnya laris manis, Hilman Hariwijaya harus rajin mencari ide tulisan. 

Beliau terus bergerak mencari gagasan terbaru tanpa berdiam diri sendirian di kamarnya. Menurut Hilman, ide menulis itu bukan menunggu mood tapi dijemput. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline