Lihat ke Halaman Asli

SURAT TERBUKA

Pingin Masuk Syurga Bi Ghoiri Hisab

Gerhana yang Diundang 2 (Saciko Sacinawa 9)

Diperbarui: 9 April 2016   15:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Enggak, Aku sudah kenal kamu,”

“Berarti g’ adil dong, kalau gitu nama kamu Siapa?

“Fitri, tapi Aku g’ suci,” cetusnya.

“Kok bilang gitu,?

Fitri terdiam. Air matanya kembali keluar. Dia tidak terlihat konsentrasi menyetir Mobilnya. Akupun menyuruhnya berhenti dan memintanya untuk menangis sepuasnya.[caption caption="ilustrasi (dokpri)"][/caption]Saciko Sacinawa 9

Fitri mengemudi pelan, suara lakson kendaraan yang terhalang karena pelannya kemudi tidak dihiraukan. Fitri mencari jalan yang sepi, kemudian berhenti dan menangis menunduk dipangku stir mobilnya. Kasian melihatnya kutawarkan pundak ini sebagai bahtera tangisnya.
Makin kencang menangis, dan tak lagi bersandar. Fitri merebahkan kepalanya dipangkuanku. Keluar terikan, “Aku Fitri yang tak suci, Aku kotor dan mengotori diri”. Mendengar teriakan itu, haru juga rasanya. Tak sadar kini fitri berada di paha ini. Tak tau harus berbuat apa.

Dihentikan tangisnya sambil tersungkur ke paha. Lama kami membisu sampai akhirnya keluar sebuah kata.

 “Aku nyaman disampingmu, tapi Sayang Aku sudah tak perawan,”.

 “Emang kalau g’ perawan kenapa?

 “Sulit sih bisa merebut hati kamu, ujarnya sambil meraba dada kiriku.

“Udahh kok bicara soal hati,” tepisku sambil menyingkirkan tangannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline