Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Mengganti Pemeran Zahra, Tidak Menjadikan Sinetron Ini Lebih Baik

Diperbarui: 2 Juni 2021   21:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sinetron Zahra (dok.indosiar)

Pihak Indosiar akhirnya berjanji akan mengganti pemeran Zahra dalam sinetron berjudul sama. Sinetron ini menuai kontoversi karena pemeran Zahra masih berusia 15 tahun. Sedangkan ia melakonkan adegan dewasa sebagai seorang istri.

Entah apa yang ada di kepala produser sinetron tersebut yang memberi peran istri kepada Lea Ciarachel yang lahir tahun 2006. Tak heran jika tudingan mengkampanyekan pedofil dilontarkan oleh netizen.

Dalam sinetron tersebut, Lea menjadi istri ketiga Pak Tirta (diperankan Panji Saputra) yang berusia 39 tahun. Ada adegan yang tak pantas dilakukan oleh gadis di bawah umur tersebut. Apalagi dikisahkan Zahra sedang hamil dari suaminya.

Meskipun pemeran Zahra akan diganti setelah mendapat teguran KPI, tidak akan menjadikan sinetron ini lebih baik. Selagi baru delapan kali tayang, sebaiknya sinetron ini dihentikan.

Ada beberapa alasan mengapa sinetron ini layak dihentikan produksinya.

Pertama, menyoalisasikan poligami. Memang benar bahwa dalam agama Islam membolehkan poligami, tapi dengan berbagai persyaratan yang cukup berat, bukan asal kawin seenaknya. Sedangkan dalam sinetron ini, poligami lebih menjadi gaya hidup seorang lelaki kaya.

Kedua, mengeksploitasi perempuan. Dengan menonjolkan poligami berarti mengeksploitasi perempuan. Kaum perempuan menjadi obyek seksual dari lelaki kaya. Seakan-akan perempuan tidak bisa berkarir dan berprestasi selain menikah dan menjadi salah satu istri lelaki tersebut.

Ketiga, pedofilia. Sebelum pemeran Zahra diganti, berarti sinetron ini mempertontonkan pedofil yang mengawini perempuan di bawah umur. Herannya pemeran pria sama sekali tidak keberatan. Mungkin dia memang menyukai hal itu atau yang penting dapat uang banyak.

Jenis sinetron seperti ini, sebagaimana juga sinetron lain produk Indosiar sangat tidak mendidik. Rumah produksi dan stasiun televisi ini menjejalkan tayangan sampah kepada masyarakat. Karena itulah masyarakat Indonesia semakin bodoh.

Para produser hanya senang menggunggah selera rendah. Bagi mereka yang penting bisa meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Mereka tidak peduli dengan dampak buruk sinetron yang disiarkan.

Pelan tapi pasti, hal inilah yang menggerus moral masyarakat. Dekadensi moral semakin tinggi, mendorong naiknya tingkat kriminalitas. Semakin banyak pemerkosaan, pembunuhan dan tindak kriminal lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline