Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

(Event Semarkutiga) Hidup Penuh Tekanan, Begini Cara Saya Melepaskan

Diperbarui: 6 Februari 2020   15:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel ke tempat jauh (dok.pri)

Kehidupan itu seperti naik roller coaster, kadang naik turun, kadang terguncang, kadang juga penuh tekanan. Ada saatnya kita berada di titik terendah, dengan tingkat depresi tinggi sehingga kepala rasanya mau pecah.

Namun sebagai manusia beriman, tentu kita tidak boleh putus asa, apalagi sampai bunuh diri. Kita harus berusaha sekuat tenaga untuk keluar dari zona terburuk. Caranya bisa bermacam-macam, asal jangan yang negatif.

Biasanya saya tidak mudah terguncang oleh ujian kehidupan. Kalau ada suatu masalah, maka yang paling penting adalah mencari ketenangan dan mengadukan hal itu kepada Tuhan.

Memperkuat ibadah adalah yang paling utama. Perbanyak sholat sunnah, tambah zikir, sholawat dan puasa. Dengan sendirinya hati dan kepala menjadi dingin dan bisa menghadapi kondisi yang terjadi.

Tetapi ketika berbagai masalah menyerbu secara bersamaan, saat itulah kita menghadapi tekanan yang luar biasa. Karena itu harus memulihkan diri dengan cara yang tidak biasa. Saya memilih cara yang anti mainstream.

Begini cara saya melepaskan tekanan:

1. Naik gunung. Ketika kopi tak lagi cukup untuk meringankan stress, maka saya harus pergi jauh. Pergi ke tempat yang penuh tantangan, misalnya naik gunung.

Saya lebih suka pergi sendiri dan kemudian bergabung dengan kelompok atau orang-orang yang tidak saya kenal sebelumnya. Berkenalan dengan orang-orang baru akan membawa semangat tersendiri.

Sifat pendaki gunung, saling menyemangati teman-teman, apalagi yang sudah kelihatan letih. Hal itulah yang membuat saya yakin akan bisa tiba di tempat tujuan. Baik muda maupun tua, saling memberikan dukungan.

Perjalanan yang berat, terus mendaki dengan medan yang terjal bagi saya seperti kehidupan ini. Kita memang harus menjalani kehidupan yang penuh dengan perjuangan. Yakinlah bahwa kita sanggup, karena Tuhan pasti memberi kemampuan untuk itu.

Naik gunung juga untuk refleksi diri, apakah telah melakukan kesalahan. Misalnya sombong karena merasa lebih dari yang lain. Di gunung akan terasa bahwa kita bukan apa-apa. Jadi naik gunung adalah jalan untuk menaklukkan keangkuhan diri sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline