Lihat ke Halaman Asli

Remaja dan Bunga Rampai

Diperbarui: 6 Maret 2020   15:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay

Saat remaja adalah masa di mana mencari jati diri. Pergaulan sangat luas, berteman dengan siapapun tanpa memandang usia, lelaki ataupun perempuan.

layaknya  remaja lain, aku pun punya seorang sahabat yang dekat denganku Widi namanya, walaupun tidak pakai "sangat", tapi yah kita bisa dibilang dekat satu sama lain.  Dia anak tunggal perempuan satu-satunya dengan orang tua yang bekerja, bisa di bilang keuangannya agak berlebih dariku.

Walau pun kita beda kampus tapi Kita sering hangout berdua seperti datang ke launching Mal baru, nonton bioskop,  berburu kuliner se JaBoDeTaBek bahkan sampai nonton bola di stadion sepak bola secara langsung.

Suatu hari widi berkata padaku bahwa dia akan memperkenalkan aku dengan seorang pria dimana widi mempunyai teman di kampus yang sedang jomblo dan sedang mencari pasangan, bahkan dia memberiku tantangan bahwa aku harus bisa menaklukkannya.

Sahabatku berkata bahwa Pria ini pendiam, hitam, dari suku yang berbeda dan beda usia yang lumayan jauh. Tentunya sangat bertolak belakang dengan harapan dan keinginanku.

Aku yang mengkhayalkan bahwa pangeranku nanti berwajah manis, kulitnya bersih, tidak hitam juga tidak putih jujur aku agak parno dengan pria berkulit putih.

Akhirnya dengan perantara sahabatku kami pun berkenalan. Dengan cara bertukar nomor telepon, kami berbicara tanpa mengetahui bagaimana rupa wajah masing-masing intinya seperti blind date atau kencan buta gitu laah dan tanpa terasa itu terjadi secara intensif kurang lebih 1 bulan. Hingga akhirnya ia begitu penasaran dan ingin berjumpa denganku.

Hari sabtu sesuai dengan kesepakatan kita pun bertemu yaitu di rumahKu. Sabtu penasaran itu pun tiba, begitu terdengar suara dari luar yang mengucapkan salam maka aku pun keluar yang sebelumnya mengintip dulu dari jendela, agak terkejut dan down juga ketika aku melihat dia "gubrakkk" pria itu hitam legam (mungkin terlalu akrab dengan matahari), tinggi dan aghhh mobilnya jadul man!, semua diluar ekspektasi aku.

Aku walaupun perempuan tetap berusaha sportif dan menunaikan janjiku untuk bertemu. Kutemui dia dengan membukakan pintu pagar rumah, dan berusaha biasa agar tak tampak perubahan di wajahku. Layaknya menerima tamu, kupersilahkan dia masuk dan memberinya suguhan. Kita ngobrol dan sebisa mungkin aku berusaha biasa dengannya walaupun tetap ada rasa canggung.

Pixabay

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline