Lihat ke Halaman Asli

Jadi Santri Itu Keren, Nak!

Diperbarui: 2 Juli 2016   11:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mendengar kata "santri" tentu kita langsung teringat pada Pondok Pesantren. Ya, santri dan Pondok Pesantren merupakan satu kesatuan yang tak mungkin terpisahkan. 

Namun tidak semua orang tua menganggap Pondok Pesantren sebagai tempat yang tepat untuk mendidik anak mereka. Berbagai alasan yang sering kita dengar antara lain : 

-Orangtua tak bisa jauh dari anak. 

-Tidak tega jika anak berada di pesantren. 

-Takut dibilang membuang anak.

-Dianggap tidak sayang pada anak.

-Anaknya yang tidak mau jadi santri. 

-Anaknya tidak betah menetap di Pondok. 

-Biaya mondok yang cukup besar.

Memang benar, kita sebagai orangtua tidak boleh memaksakan kehendak terhadap anak. Anak kita mungkin memiliki pilihan sekolah yg mereka kehendaki. Jika anaknya kekeuh tidak mau, janganlah dipaksakan karena sesuatu yang dipaksakan tidak berakhir dengan baik.

Dalam hal pendidikan anak, saya memiliki pandangan sendiri dalam membimbing kedua putra saya. Alhamdulillah, Putra pertama saya, Danish (13 tahun)  sudah diterima di PonPes di Desa Gintung, Jayanti, Tangerang. Awalnya memang Danish  keberatan ketika saya dan suami menghendaki dia untuk melanjutkan SMP di PonPes. Mengingat usia Danish yang tengah seru-serunya mengenal dunia digital, ia pun tak bisa lepas dari Gadget dan Laptop. Untuk itu kami merasa perlu mengarahkannya lebih jauh lagi karena tak ingin Danish terlalu menikmati dunianya itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline