Lihat ke Halaman Asli

ETe UmbuTara

Penulis dan freelance photographer

Permakultur, Seni Bertani Selaras Alam

Diperbarui: 22 Januari 2018   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: ayoo-berkebun.blogspot.co.id


Apa Anda pernah mendengar istilah Permakultur? Jujur, istilah ini baru bagi saya. Mungkin bagi orang yang sudah terbiasa dengan desain ekologi ataupun pertanian atau yang terkait dengannya mungkin sudah biasa. Apalagi, istilah ini ternyata sudah di gagas dari 30 tahun lalu di Australia dan di adaptasi oleh berbagai negara, termaksud Indonesia.(1)

Namun bagaimana dengan masyarakat kebanyakkan? Istilah ini mungkin terdengar asing. Permakultur jika saya coba sederhanakan merupakan gabungan antara sistem pertanian berkelanjutan dan arsitektur yang berdasarkan ekosistem alam. Inti dari permakultur sendiri  terdiri dari tiga, yaitu peduli bumi,peduli manusia dan mengembalikan surplus input dan hasil pertanian ke sistem. Artinya tidak akan ada limbah pertanian yang di sia-siakan.(2

Dari pengertian ini, sebenarnya banyak masyarakat yang telah menggunakan praktik ini walu tidak tahu apa istilahnya. Sederhanya adalah ketika halaman rumah yang sempit di gunakan untuk melaksanakan budidaya pertanian seperti menanam rempah-rempah, sayur-sayuran dan membuat kolam ikan dengan merancang agar tetap terlihat indah serta menggunakan limbah hewan yang di pelihara misalnya sebagai pupuk, atau seresah tanaman sebagai bokashi maka sebenarnya masyarakat telah menerapkan metode ini.

Contoh lainnya seperti menggunakan kulit kelapa pengganti pot bunga atau  kulit pisang sebagai pengganti polybag dimana bahan-bahan tersebut akan kembali pada alam dan tidak ada lagi limbah yang tidak dapat terurai di pekarangan. Permakultur tidak hanya berfokus pada hasil, tetapi juga nilai estetika. pertanian tidak di buat asal-asalan tetapi juga mengutamakan keindahan sehingga sedap di pandang mata.

Sumber: www.kinder-garten.de


Ada beberapa keuntungan yang bisa di peroleh dengan penerapan permakultur di dalam rumah tangga yang dapat saya sebutkan. Pertama, mendekatkan pasar. Kita tidak perlu lagi berjalan jauh untuk menyediakan kebutuhan lauk rumah tangga karena kebutuhan lauk semakin dekat.

Kedua, berdampak kepada ekonomi masyarakat, dimana untuk beberapa kebutuhan dapur sudah tidak perlu lagi untuk membeli sehingga dapat berhemat kepada kebutuhan lainnya. Ketiga, melindungi alam sekitar.  Selain tanaman sekitar rumah bisa membuat kita mendapat pasokan oksigen dan nilai estetika yang baik bagi mata. Keempat, pupuk yang berasal dari hewan atau daun-daun sekitarnya membuat makanan yang akan di konsumsi terhindar dari zat-zat beracun yang berbahaya bagi tubuh, seperti residu pestisida dan pupuk pabrik.

Dari sini maka sebenarnya halaman sempit tidak lagi menjadi alasan utama orang bisa becocok tanam, bahan-bahan juga tidak harus dibeli.  Memang di awal pengolahan akan terasa susah, tapi akan terasa nikmat ketika sudah melihat hasilnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline