Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Cerpen: Pohon Sawo di Samping Klinik

Diperbarui: 9 Juli 2020   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: databasepohon.blogspot.com

Satu jam sebelum dokter datang, aku selalu membersihkan ruang praktik yang terletak di bagian paling ujung bangunan induk. Ruangan itu tidak terlalu besar, tapi cukup asri dan nyaman karena memiliki sepasang jendela berukuran besar yang menghadap langsung ke arah kebun di samping klinik.

Membuka jendela lebar-lebar. Ya. Itu adalah hal pertama yang kulakukan setiap pagi sebelum melanjutkan aktivitas lain. Biasanya aku akan berdiri berlama-lama di sana---di samping jendela itu. Melempar pandang ke arah kebun, menatap sebatang pohon sawo yang tumbuh di antara pepohonan lain, yang tampak tumbuh liar tidak terurus.

Pohon sawo itu sedang berbuah lebat. Jelas terlihat dari tempatku berdiri. Buahnya yang berwarna coklat kekuningan tersembul di sela daun-daun. Seolah sengaja memamerkan diri untuk segera dipetik.

Dipetik?

Tiba-tiba aku teringat kata-kata dokter---suatu siang ketika kami bersiap-siap untuk pulang.

"Pohon sawo itu sudah tumbuh di sana sebelum klinik ini dibangun. Entah siapa yang menanamnya. Hanya saja tidak ada seorang pun yang peduli. Coba kamu perhatikan. Banyak buah matang pohon yang berjatuhan di atas tanah."

Tak ayal pandanganku mengikuti arah telunjuk tangan dokter. Memang. Tampak beberapa butir buah berserakan di sekitar pohon. Sungguh amat sangat disayangkan.

"Menurut para tetua, setiap pohon sawo ada penunggunya, Dokter," aku menanggapi kata-kata dokter dengan suara perlahan. Mendengar kata-kataku, sontak dokter tertawa keras.

"Itu cuma mitos, Nis. Tidak ada mahluk penunggu pohon."

Aku terdiam. Sangat mahfum. Untuk hal-hal semacam ini, dunia medis memang tidak terpengaruh apalagi mempercayai.

Sampai akhirnya keberadaan pohon sawo dan buahnya yang lebat itu terlupakan. Kesibukan membantu dokter melayani pasien membuatku tidak memiliki waktu untuk berlama-lama berdiri di dekat jendela lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline