Lihat ke Halaman Asli

Memantik Compassion Peserta Didik di Dalam Kelas

Diperbarui: 4 Maret 2020   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Infosoalpelajaran.com

Proses belajar mengajar, bagaimanapun bentuknya tetap saja peran guru sentral di dalamnya. Ibarat sebuah pentas drama, guru adalah sang sutradara. Peserta didik sebagai pemeran utama.Ketika kondisi peran guru menjadi utama dalam kelas, kreatifitas dan inovasi menjadi nomor satu. Hasil pembelajaran seutuhnya tergantung pada seberapa besar guru berperan terutama proses belajar mengajar berlangsung.Seperti dilansir laman cnbcindonesia.com, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencanangkan dua kompetensi baru dalam sistem pembelajaran anak Indonesia. Dua kompetensi tambahan itu adalah Computational Thinking dan Compassion. (18 Februari 2020)

Bagaimana memantik compassion dalam kelas?
Untuk peserta didik di kelas rendah (kelas 1-3) SD ternyata model pembelajaran bercerita masih menjadi idola. Dengan bercerita segala bentuk perilaku mampu tertular lewat cerita yang disuguhkan guru di dalam kelas.

Memantik compassion dengan cerita daerah menjadi rekomendasi bagi guru. Untuk itu diperlukan wawasan yang luas dari guru menggali cerita-cerita daerah yang ada, baik dari sumber pustaka maupun dari legenda-legenda yang memasyarakat.

Menurut KBBI, Compassion artinya keharuan, perasaan kasihan/terharu, membangkitkan rasa kasihan. Dalam makna yang termasuk dalam istilah compassion adalah welas asih, empati, kasih sayang, dan lain-lain.

Sebagai contoh, cerita yang memantik rasa empati, kasih sayang dan welas asih pada sesama seperti Ting gegenting dari daerah Lampung.

Meneritakan sorang anak yang tinggal hanya bersama ibunya. Dalam kondisi kelaparan. Ting gegenting kelaparan meminta makan. Ibunya menjawab, padi belum lagi ditaman. Hutan belantara masih ditebang, dan akan dibersihkan.

Kemudian sang anak yang kelaparan itu tidur kembali. Karena laparnya, anak itu kemudian terjaga. Dan meminta makan. Ibunya menjawab, padi baru akan ditanam. Sang anak pun tertidur lagi.

Tak berapa lama anak itu menangis lagi, meminta makan. Ibunya menjawab bahwa sawahnya masih dirumput. Belum bisa dimakan. Maka anak tersebut tertidur lagi. Kemudian saking laparnya terbangun lagi dan minta makan pada ibunya. Padi masih menguning belum siap dipanen.

Anak tersebut pun menangis lagi dan tertidur lagi. Tak berapa lama anak tu terbangun lagi, meminta makan. Padi yang diketam baru diirik lagi, belum bisa menjadi nasi. Dan lagi-lagi anak itu menangis, kemudian tertidur lagi.

Tak berapa lama, saking laparnya anak itu menangis dam meminta makan lagi pada ibunya. Dalam kelaparan yang sangat, anak tersebut masih diminta menunggu gabah masih digiling. Maka dengan kecewa anak ini tertidir lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline