Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Siluet Senja

Diperbarui: 16 Mei 2017   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 

Ada kalanya hati merindu
Secuil asa yang tiada berujung
Menatap nanar dalam dekapan senja
Yang mengalunkan melodi desiran angin

Ada sejumput rindu yang
ingin disampaikan
Ada butiran bening yang
ingin dicucurkan
Ada sebait syair yang ingin
dendangkan
Ada sebuah resah yang
ingin diungkapkan

Sejenak kubiarkan angin mendesir ditelingaku
Biarkan derunya angin menerpa ujung jilbabnya
Berderai menghapus pilunya
Berdiri kokoh menatap tiap diujung senja

Kini senja datang menyapa
Pendaran warnanya kuning
kemerahan
Dengan sinar penuh keperakan
Sebuah horizon yang setia
menghias langit

Kutatap lekat wajah sayunya
Ada segores harapan tiada beku
Sebuah rona penuh misteri
Menatap setia ke ujung langit

Terbisik sebuah desah kerinduan
Pernahkah daku menyesali
semua ini?
Pernahkah daku menganggap Allah
itu tak adil?
Kuyakin semua ada berjuta hikmah
Matanya tiada bisa memandang
Yang ada hanyalah hitam ataupun putih
Seakan semuanya hanya berpendar
Setia menemani hari-harinya kini

Tersontak kudengar desah diujung bibirnya
Kusesali kini diriku sering sombong
Seakan tiada ada kuasa-Mu
ya Robb...
Yang selama ini begitu besar
kasih-Mu

Ingin rasanya segera kubenamkan wajahku
Dalam sebuah sujud panjangku
Namun desahku seakan tiada terdengar
Terbawa desir halus angin diujung senja




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline