Lihat ke Halaman Asli

Eko Triyanto

Penikmat Sejarah

Menimbang Peluang, Garuda Juara

Diperbarui: 8 Desember 2019   05:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Juara baru bakal lahir di cabang sepakbola ajang olah raga negara Asia Tenggara, SEA Games. Tahun ini, bukan Thailand bukan juga Malaysia yang akan membawa pulang emas. Seperti tercatat, sejak aturan pembatasan usia 23 tahun untuk tim yang berlaga di SEA Games sejak 2001 hanya ada dua negara yang mampu memantaskan diri menjadi juara. Mereka adalah Thailand yang digdaya selama 7 kali dan Malaysia yang perkasa dalam dua edisi.

Kini medali emas akan beralih kepada satu di antara dua finalis yang telah memastikan diri berlaga di partai puncak, Indonesia atau Vietnam. Keberhasilan dua tim ini sekaligus memangkas dominasi Thailand dan Malaysia. Tahun ini memang cukup berbeda, dari empat tim semifinalis, tidak ada nama Thailand dan Malaysia di sana. Di Grup A, di luar prediksi Myanmar mampu menjadi juara grup disusul Kamboja. Sedangkan di Grup B, Garuda Muda berada di posisi runner up, kalah angka dari Vietnam.

Di babak semifinal Indonesia dengan susah-payah menyingkirkan Myanmar lewat babak perpanjangan waktu. Sempat unggul 2-0, Garuda Muda kebobolan dua gol menjelang akhir laga waktu normal. Beruntung, dengan semangat dan motivasi tinggi tim asuhan Indra Sjafri itu mampu melesakkan dua gol untuk menggenapi skor menjadi 4-2. Di pertandingan lain, Vietnam sukses membenamkan Kamboja dengan selisih gol meyakinkan 4-0.

Menanti hasil di laga puncak. Indonesia dan Vietnam sempat bertemu di babak penyisihan grup. Kala itu Garuda Muda harus takluk 1-2.  Setelah sempat unggul babak pertama, Vietnam mampu menyusul dengan dua gol di paruh kedua. Menyakitkan, karena satu gol terjadi pada masa tambahan waktu. Meski sudah berlalu, tentu kekalahan itu harus menjadi cambuk berharga bagi Timnas Indonesia. Dua gol balasan dari Myanmar dan dua gol balasan dari Vietnam terjadi pada babak kedua.

Ini harus menjadi koreksi Indra Sjafri, motivasi tinggi harus diperagakan sepanjang laga jika Indonesia ingin juara. Komposisi pemain juga perlu mendapat perhatian. Dari catatan, peran Osvaldo Haay yang sementara menyandang top skor dengan delapan gol. Bila dikalkulasi dengan jumlah peluang yang ia dapatkan, ia lebih sering mampu mencetak gol di babak kedua. Maka posisi sebagai supersub tampaknya lebih cocok untuknya. Mengantisipasi kemunduran fisik para pemain Indonesia di babak kedua.

Peluang Garuda untuk juara terbuka lebar, jika kekompakan dan semangat tim terus terjaga. Karena secara skill pemain Indonesia tidak kalah dibanding Vietnam. Menjaga emosi agar tetap stabil juga sangat diperlukan, mengingat tipe permainan Vietnam yang ngotot dengan tebasan-tebasan agresifnya. Garuda Muda tidak boleh terpancing apalagi melakukan tindakan yang justru merugikan tim.

Pola permainan cepat dengan kombinasi umpan silang bisa menjadi racikan yang bisa dicoba. Egy Maulana Vikri terbukti bisa memanfaatkan sundulan kepala untuk membobol gawang lawan. Belum lagi, Egy mampu berlari cepat dengan penguasaan bola yang baik. Di lapangan tengah, Evan Dimas, tidak ada salahnya terus mengasah tendangan jarak jauh, mengantisipasi jika pertahanan Vietnam gagal ditembus dengan permainan satu-dua.

Tahun 1991 sejarah mencatat Timnas Indonesia pernah juara. Tapi kita ingin dan berharap, tahun 2019 Garuda Muda bisa mencatatkan sejarah yang ebih melegenda.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline