Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Tembok Ratapan Hati

Diperbarui: 19 Juli 2021   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tembok Ratapan Hati dokpri Eko irawan

Engkau adalah saksi. Setiamu padaku. Merekam kenangan. Tanpa protes. Saksi bisu. Tembok ratapan hati.

Berjuta kisah terekam. Dalam relung batu bata merah. Tentang suka duka. Tentang suara suara hati. 

Siapa mau berperang. Jika berselisih itu menyakitkan. Menambah luka. Menambah beban. Pertarungan bodoh untuk egoisme.

Ratapan hati yang tersakiti. Tentang seteru yang tiada akhir. Kalah menang sia sia. Hanya menambah duka. Tembok ratapan hati menyimpan. Tanpa lelah.

Saat suka terkalahkan. Saat yang baik terhapus. Tak diakui pernah ada. Tapi kau tetap setia. Jadi saksi bisu tanpa protes. Yang pernah ada. Pernah tersisa.

Tembok ratapan hati. Sebenarnya tak Sudi. Tapi apa daya. Kau akan jadi kisah abadi. Yang tetap tersimpan. Untuk kisah tiada akhir. 

Malang, 19 Juli 2021

Oleh Eko Irawan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline