Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tembok Ratapan Hati

19 Juli 2021   11:37 Diperbarui: 19 Juli 2021   11:42 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tembok Ratapan Hati dokpri Eko irawan

Engkau adalah saksi. Setiamu padaku. Merekam kenangan. Tanpa protes. Saksi bisu. Tembok ratapan hati.

Berjuta kisah terekam. Dalam relung batu bata merah. Tentang suka duka. Tentang suara suara hati. 

Siapa mau berperang. Jika berselisih itu menyakitkan. Menambah luka. Menambah beban. Pertarungan bodoh untuk egoisme.

Ratapan hati yang tersakiti. Tentang seteru yang tiada akhir. Kalah menang sia sia. Hanya menambah duka. Tembok ratapan hati menyimpan. Tanpa lelah.

Saat suka terkalahkan. Saat yang baik terhapus. Tak diakui pernah ada. Tapi kau tetap setia. Jadi saksi bisu tanpa protes. Yang pernah ada. Pernah tersisa.

Tembok ratapan hati. Sebenarnya tak Sudi. Tapi apa daya. Kau akan jadi kisah abadi. Yang tetap tersimpan. Untuk kisah tiada akhir. 

Malang, 19 Juli 2021

Oleh Eko Irawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun