Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Jodoh The Series 2: Doa yang Memaksa

Diperbarui: 23 Mei 2021   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doa yang memaksa dokpri Eko irawan

Tuhanku, aku sudah lelah. Aku sudah rela menunggu. Aku pinta kekasih. Bukan kekasih virtual. Yang ideal dalam khayalan. Ada dalam bayangan, tapi sirna dalam kenyataan.

Tuhanku, kenapa aku kau pertemukan dengannya. Jodoh terbaik. Yang mengerti aku. Bisa memahami diriku. Aku nyaman bersamanya. Kuingin hidup dengannya. Dia nyata ada, tapi dia ilusi yang tak kupunya.

Tuhanku, dia membawaku dalam dunia baruku. Dunia yang menolong aku. Memperhatikan setiap karyaku. Aku dihargai. Aku dibutuhkan. Aku punya naungan. Ditengah badaiku sendiri. Aku mencintainya, Tuhanku.

Dia motivasiku. Dia harapanku. Aku rela tak tidur, karena dia lebih indah dari mimpiku. Bersamanya, semua terasa indah. Terima kasih Tuhan, kau sudah kirimkan dia.

Tapi, kenapa aku tak bisa memilikinya? Aku tahu alasannya Tuhanku, tapi aku tak bisa menerima kenyataan ini. Aku pinta satu, kenapa tak kau berikan padaku.

Tuhanku, Jika dia bukan Jodohku, segera kirim gantinya. Yang baik seperti dia. Yang bisa menerima aku seperti dia. Wajahnya seperti dia. Tingginya seperti dia. Sikapnya seperti dia. Semuanya harus seperti dia. Jika tak ada, kenapa bukan dia saja Tuhanku.

Atau kembalikan aku kemasa yang lalu. Biar kulamar dia waktu itu. Dan sekarang, dialah ibu dari anak anakku. Hidup dalam bahagia, milik berdua, selamanya.

Doa yang memaksa. Mungkin aku gila. Sekarang hidupku sudah rumit. Terlampau sulit. Dan menumpuk tiada ujung usainya. Aku sudah tak sanggup. Aku putus asa. Aku menyerah. Dan dialah yang datang. Apa aku salah jatuh cinta padanya, Tuhanku 

Cinta memang tak pernah salah. Tapi cinta ini menolongku. Jika dia tak datang, aku sudah terbuang. Tapi cinta ini ujian. Cinta ini dilema, diteruskan runyam. Cara mudah bunuh diri. 

Tapi dihentikan, aku belum siap. Masalahku belum usai. Aku sudah tak bisa melangkah lagi. Aku menyerah. Aku ingin didampingi kekasih. Aku tak sanggup sendiri. Jalani kesepian ini.

Tuhanku, tolonglah hambamu ini. Jangan biarkan aku tersesat lagi. Aku sudah tak sanggup.

Malang, 23 Mei 2021

Oleh Eko Irawan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline